1.

5.8K 244 10
                                    

{Baca cast dulu biar ga gagal paham}

{Jangan lupa vomments}

Happy reading, Enjoy

***

Aku berjalan menyusuri lorong asrama International Boarding School. Lorong disini sangat panjang, sampai - sampai aku sangat lelah walau hanya berjalan mencari kamarku berada di sebelah mana. Walaupun aku sangat lelah, aku tetap berjalan mencari kamarku berada dimana. Aku tak boleh melewatkan hari pertama masuk di angkatan Senior High School disini dengan tidur di tengah - tengah lorong.

Setelah kira - kira 30 menit mencari kamar, akhirnya aku menemukan sebuah pintu kamar bertuliskan namaku dan mungkin partner satu kamarku.

Theresia Abiana

Anthony Nathan

Tak ragu - ragu, aku memasukkan sebuah kunci yang kudapatkan tadi pagi saat pengarahan siswa ke dalam pintu tersebut dan memutar kenopnya.

Saat pintu benar - benar terbuka, aku pun melihat sebuah kamar berisi dua meja belajar panjang, lemari penyimpan makanan dan minuman, karpet halus nan luas yang berada di pojok kamar, satu kamar mandi, dan dua sekat berhadapan yang kuyakini ialah tempatku tidur dan menyimpan baju, dengan tak ragu aku pun memasukkan seluruh tubuhku ke dalam ruangan luas ini dan berjalan mencari sekat yang bertuliskan namaku.

Saat aku akan melangkahkan diriku lebih dekat untuk berkeliling, seseorang tiba - tiba menyembul dari sekat yang berada di pojok ruangan. Orang itu berperawakan tinggi, dengan tatto disekujur lengan kirinya, rambut keriting panjang yang berantakan, dan wajah yang cukup tampan. Aku cukup meleleh melihat mata hijau emeraldnya yang menawan.

Aku terpaku dalam beberapa saat.

"Hai" sapanya, dengan suara serak beratnya dan senyumnya yang menimbulkan kedua lesung pipi yang otomatis membuatku meleleh.

Ah kau ini berpikiran apa abiana.

Aku tak bisa berbuat apa - apa selain tersenyum dan menganggukkan kepala. Keparat aku menjadi salah tingkah.

Dalam beberapa saat, aku diam mematung menatapnya yang sedang menatapku dari ujung kaki sampai ujung rambutku. Ia mengerutkan keningnya sambil tersenyum menatapku.

"Hai" sapanya lagi, untuk yang kedua kali. Dan kali ini aku tak bisa berbuat apa - apa selain membalas sapaannya dan tersenyum lebar, menampakkan gigiku.

"Namamu siapa?" Tanyanya, senyumnya pun tak lepas dari wajah tampannya.

"Theresia Abiana. Ana saja" kataku, gugup.

"Oh." Katanya singkat.

Aneh sekali dia.

"Kau?" Kataku, mencoba memecahkan keheningan.

"Anthony Nathan. Panggil saja Nata, aku sedikit risih dengan panggilan Nathan. senang bertemu denganmu. Semoga kita bisa menjadi partner yang baik, buat dirimu nyaman" katanya singkat lalu membalikkan badannya dan berjalan menuju sekat yang tadi ia tinggali.

Aku pun berjalan menuju sekat satunya, lalu merapikan baju - baju dan barang - barangku, yang cukup banyak.

***
3 hari pertama ku disini, aku cukup senang berada disini. aku bertemu teman - teman yang baru, seperti Vidia Lee dan Isabelle Monica. Mereka berdua dengan senang menampungku untuk makan siang / makan malam bersama. Mereka juga tak segan untuk mengajakku bergabung untuk mengerjakan tugas bersama. Keparat memang baru 3 hari masuk sekolah, tugas sudah menggunung dengan baik.

Dan sekarang aku sudah dipusingkan aku harus mengikuti ekstrakulikuler apa. Sejujurnya aku bingung, aku tak pandai dalam bidang apapun, dan aku lebih tertarik dalam bidang jurnalistik jika bukan akademik. Sedangkan disini, jurnalistik tidak ada dalam daftar. Hanya ada cabang - cabang olahraga dan kesenian yang ada disini.

Dance?

Musik?

Cheerleader?

Karate?

Basket?

Aha! Aku harus ikut basket.
Siapa tau aku bisa menjadi populer.
Dan mendapat lelaki tampan seperti Kak Nata. Ups.

Baru saja aku memikirkannya, tiba - tiba Kak Nata masuk kedalam kamar dengan keadaan berantakan, dan cukup seksi. Ups.

Selama beberapa saat aku memandanginya, dan tak terasa ia memandangku balik sambil tersenyum ke arahku.

Matilah aku, aku ketahuan menatapnya.

"Hai, Abiana" katanya ceria, lalu duduk disebelahku, tepatnya di meja belajarnya

Aku pun hanya bisa diam, menahan malu.

"Hai" kataku, sambil mengalihkan pandanganku dari wajahnya yang tampan ke kertas ekstra ku.

Aku tak boleh merona walaupun hanya melihat wajahnya.

"Kau kenapa?" Tanyanya, yang malah membuatku semakin mati kutu. Keparat.

"Tak apa" jawabku, sambil tersenyum dan memalingkan wajah kearahnya.

"Abiana" katanya tiba - tiba, yang membuatku terkejut.

"Ya?" Tanyaku

"Ayo nanti malam makan bersamaku, tak ada penolakan, aku berhak jalan bersamamu, kau tau" katanya sambil tersenyum santai.

Namun aku sebaliknya, diam tercengang sembari merasakan detak jantungku yang berpacu dua kali lebih cepat. Ada apa denganku?

Selama beberapa saat aku diam, berusaha menetralkan perasaanku dari serangan jantung dan mengangguk pelan sambil tersenyum.

***
Sekarang aku berada di kafetaria, makan malam bersama Kak Nata dengan keadaan tenang, walaupun didalam hatiku berteriak kesenangan. Namun aku harus menjaga sikap. Sabar, ana, sabar.

"Jadi bagaimana rasanya bersekolah disini?" Kata Kak Nata, memecah keheningan sembari meminum teh hangatnya yang sudah separuh habis.

"Baik" kataku singkat lalu tersenyum singkat, canggung sekali.

Aku salah tingkah. Keparat.

"Kau jangan menjadi pemalu, kecantikanmu nanti tersembunyi" katanya. Tak terasa pipiku merona. Keparat, memalukan.

Sisa waktu makan malam pun kami habiskan dengan mengobrol singkat—terlepas dari kata - katanya yang membuatku merona malu. Dan tak terasa kami berada di kafetaria sampai pukul setengah 9 malam. Terlalu lama.

"Hey Abiana" katanya lagi, yang menurutku ingin membuka percakapanku lagi, padahal aku sudah ingin kembali ke kamar. Aku tak bisa berbuat apa - apa selain bertanya ada apa.

"Senang berkenalan denganmu" lalu ia menggenggam tanganku dan menggiringku ke kamar. Sepanjang perjalanan, ia menggenggam tanganku. Tak terasa, detak jantungku berdetak seperti habis berlali ber mil - mil, padahal hanya berjalan santai.

Mungkin ini awal yang baik

Incandescent. [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang