4.

1.2K 123 1
                                    

Aku berjalan menuju taman sekolah dengan menahan rasa penasaran. Aku tak mau terlihat sangat penasaran didepan anonim itu karena itu akan membuatku sangat malu.

Aku terus berjalan menuju taman sekolah. Sial, mengapa jalanan seperti panjang sekali.

Aku pun berusaha tenang untuk ke sekian kalinya, dan berusaha memikirkan hal - hal positif yang sekiranya bisa mengalihkan perhatianku.

Apa jangan - jangan Kak Nata ya?
Dia kan juga misterius dan susah ditebak.

Plak, pikiran itu membuatku menggelengkan kepala dan tersadar bahwa aku sudah sampai taman sekolah. Aku mengedarkan pandanganku, mencari "seseorang" yang sudah membuatku penasaran selama kurang lebih 3 hari itu. Dan nyatanya, aku hanya menemukan beberapa orang yang berbincang - bincang.

Beberapa saat kemudian, aku terkejut karena menemukan seseorang.

Ya, aku melihat dengan Kak Nata, sedang berbincang bersama-mungkin-temannya. Aku melihat Kak Nata memasang wajah seriusnya yang tampan dan tiba - tiba ia meninggalkan tempat duduknya lalu pergi menuju ke gedung asrama lagi.

Ada apa sebenarnya?
Kukira dia akan bertemu denganku?

Aku menampar diriku sendiri agar aku tersadar dari khayalanku yang terlewat percaya diri ini, dan kembali mengedarkan pandanganku mencari seseorang yang siapa tau adalah anonim misterius itu. Namun aku tak mendapatkan apa - apa, hanya senyum jarak jauh dari teman Kak Nata tadi.

Merasa aku membuang waktuku, aku beranjak pergi dari taman sekolah dan pergi untuk makan siang.

***
Aku sudah kembali di kamarku dengan ditemani salah satu temanku, Vidia.

"Whoa, teman kamarmu tak ada, Ana?" Tanyanya sambil berbaring diatas karpet.

"Tidak. Kau penasaran dengannya?" Tanyaku yang menyusulnya dengan membawa berbagai camilan dan minuman dingin.

"Tidak sih, sedikit terkejut saja saat kau berkata bahwa kau mendapat senior laki - laki sebagai teman kamarmu. Kenapa tak kau dekati saja? Siapa tau ia tertarik denganmu?" Tanyanya, yang membuatku bergeming.

Yang benar saja ia menyukaiku. Jika aku menyukainya, mungkin benar.

"Ia orangnya misterius, terkadang ramah nan baik, terkadang diam dan tak bisa ditebak. Dan ia seorang gamers akut yang sering menghabiskan waktu bebas disini dengan pergi ke game centre. Jadi lumayan susah bagiku untuk memahami dan mendekatinya, Vidia. Bagaimana denganmu? Bukankah kau juga sekamar dengan laki - laki?" Tanyaku, berusaha mengalihkan pembicaraan agar aku tidak ketahuan bahwa aku menyukai Kak Nata, aku tak ingin seorang pun tau bahwa aku menaruh perasaan kepadanya, entah kenapa.

"Yaa, namun ia seangkatan dengan kita, na. Jadi, aku lebih mudah akrab dengannya. Mengapa kau tak berusaha akrab saja dengan teman sekamarmu itu? Siapa tau memang dia orang yang tepat mengisi hatimu sekarang, tau" timpal Vidia yang membalikkan obrolan ke Kak Nata lagi. Aku pun mendengus kesal, ingin segera mengakhiri pembicaraan.

Lirikan mata Vidia pun menuju ke arahku dan sontak ia tergelak "oh, just kidding, nona Abiana. Aku tak mungkin memaksamu untuk mengencani seorang pria, apalagi itu teman sekamarmu"

Tak lama kemudian, kami melanjutkan obrolan kami-Bukan Kak Nata lagi pastinya- sampai pukul jam 2 siang. Vidia pun pamit kepadaku karena tugasnya masih menumpuk.

Setelah Vidia benar - benar pergi, Aku pun mulai mengerjakan tugasku lagi sambil memakan cemilanku di meja belajar. Tak terasa, tugasku sudah selesai dan jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Kak Nata belum juga kembali, dan ia tak mengirimiku pesan sama sekali, padahal aku mengharapnya.

Incandescent. [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang