24.

814 93 6
                                    

Abiana's POV

Aku membuka mataku perlahan, mengerjap sejenak sebelum akhirnya aku menyadari bahwa aku tertidur diatas karpet sederhana di rumah pohon milik orang tua Nathan. Aku mengecek jam yang ada di ponselku, dan menyadari bahwa ini sudah sore dan aku sudah tertidur cukup lama disini. Aku ingin membangunkan Nathan sebenarnya, namun ketika aku melihat wajahnya yang berada disampingku, aku tidak tega karena ia tertidur seperti seorang malaikat yang tidak memiliki dosa.

"Nathan?" ucapku perlahan ketika aku menyadari bahwa aku bosan hanya berbaring diam disini.

Mendengar suaraku, Nathan pun merubah posisi tidurnya menjadi menyamping dan memelukku perlahan dan berbisik bahwa ia masih mengantuk yang membuatku terkekeh singkat.

"Nathan, bangunlah. Hari sudah beranjak sore" ucapku sembari mengusap rambutnya perlahan.

"Kita akan menginap disini, kau tahu" ucapnya santai yang membuatku mengernyit heran. Bagaimana tidak, aku tidak diberi tahu sebelumnya bahwa kami akan menginap sehingga aku tidak membawa perlengkapan maupun baju ganti apapun. Oh God.

"Nathan, aku tidak membawa perlengkapan apapun jika kau mau tau, dan aku tidak mungkin bertahan selama satu malam tanpa pakaian hangat maupun makanan. Aku bersumpah kau sangat gila karena membawaku dan tidak membiarkanku siap" omelku yang langsung disambut kekehan panjang dari Nathan.

"Tenanglah, kau akan selamat sampai besok. Percaya padaku" ucap Nathan sembari membuka matanya dan langsung menatap ke arahku.

"Kau bisa berkata seperti itu karena kau sudah membawa tas besar yang berisi perlengkapanmu dan aku disini hanya membawa badanku dan ponselku. Kau kekasih kejam jika kau mau tau pendapatku" ucapku yang mengubah posisiku sama seperti Nathan sehingga posisi kami sekarang adalah berhadap - hadapan dan mengerucutkan bibirku pertanda kesal.

"Ayolah sayang, santai saja. Ada aku. By the way, aku ingin mandi di pantai yang aku katakan tadi. Kau mau ikut ke pantai denganku?" tanya Nathan.

"Baru saja aku berbicara padamu mengenai hal perlengkapan, kau malah mengajakku ke pantai. Kau bedebah" umpatku yang membuat Nathan tertawa dengan puas.

Oh sial, mengapa lelaki ini sangat senang menggodaku?

"Aku menjadi bedebah hanya dihadapanmu karena aku sangat senang melihat wajahmu yang menggemaskan ketika kau kesal" ucap Nathan sembari bangkit dan merubah posisi menjadi mengambangiku. Dengan perlahan, wajahnya pun mendekati wajahku sehingga hidung kami bersentuhan.

"Lagipula, kau lebih baik telanjang setelah ini dan aku dengan senang hati memelukmu sepanjang malam agar kau tak kedinginan" bisiknya tepat di wajahku yang membuat wajahku memerah dan tanganku memukul dadanya perlahan.

"Keparat mesum" umpatku yang membuatnya terkekeh. Baru saja aku ingin menciumnya, namun secara tiba - tiba ia membawa tangannya ke punggung dan pinggangku, dan dengan cepat membawaku ke bahunya dan menggendongku. Aku terkekeh akan aksinya.

"Turunkan aku!" seruku kesal karena walaupun aku senang dengan momen ini, tapi tetap saja aku sedikit pusing dan yang dapat aku lihat hanyalah bokong seorang Nathan yang lumayan-

Lupakan saja.

"Jika aku menurunkanmu, kau pasti tak mau ikut denganku" ucapnya sembari mengambil tasnya.

"Ayolah aku berat" ucapku merengek sembari menekan bokongnya, berusaha menggodanya. Bukannya kesal atau menurunkanku, respon Nathan malah terkekeh singkat.

"Teruslah menggodaku, aku malah senang"

"Keparat!"

***

Incandescent. [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang