Aku langsung bergegas menuju taman sekolah. Aku sangat terkejut melihat ia sedang terduduk lemas dan banyak sekali memar dan luka lebam di wajahnya yang tampan itu.
"Kak Nata?" aku langsung berlari dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa?" Tanyaku lagi.
"Aku tidak bisa menjelaskannya disini. Bisa kau antar aku? Tadi aku menyuruh temanmu untuk memanggilmu. Maaf jika merepotkanmu" katanya lembut. Ia tau jika aku berteman dengan vidia? Ckck.
"Tidak akan merepotkanku. Ayo, sudah malam" kataku sambil memapah badannya. Sialan, badannya berat juga. Namun tak apa, aku jadi bisa berdekatan dengannya. Tak terasa aku tersenyum sendiri sepanjang perjalanan dari taman ke kamar.
Sesampainya di kamar, aku langsung membawanya ke sekatku karena hanya di sekatku yang memiliki kotak P3K. Aku pun langsung menyiapkan berbagai obat dan baskom serta handuk kecil untuk Kak Nata.
"Kau berkelahi?" Tanyaku sambil membersihkan wajahnya
"Ti-aww. Pelan - pelan, Abiana"
"Maaf. Jujur saja, ini tak mungkin jika kau terjatuh. Kecuali kau terjatuh habis itu kau dilindas truk tronton" kataku sambil terkekeh pelan. Ia pun terkekeh bersamaku sambil menahan sakit karena ada luka di sudut bibirnya.
"Jangan membuatku tertawa! Sakit tau" katanya sambil tersenyum lembut. Aku pun terus mengobati lukanya yang parah. Entah seberapa kuat lawan berkelahinya, tapi memang luka dan memarnya sangat parah.
Aku pun lanjut mengompres memar Kak Nata agar tidak terlihat mengerikan. Berkali - kali ia meringis-bahkan berteriak-kesakitan. Namun aku hanya bisa menyuruhnya diam.
"Kau perawat terburuk yang pernah ada. Kau sangat kasar dalam menangani pasienmu, Abiana" katanya yang malah membuatku tertawa.
"Aku melakukannya dengan biasa saja. Kau saja yang terlalu cengeng. Oh iya, kau bisa tidur di sekatku karena obat - obatnya ada disini. Jadi kau tak perlu bolak - balik dan menggangguku tidur. Dan aku bisa menggunakan sekatmu, kak. Bagaimana?" Tanyaku sambil merapikan berbagai obat yang telah selesai digunakan.
"Tak apa. By the way, terimakasih Abiana" suaranya serak dan dalam yang mana membuat olahraga jantung.
Aku pun berbalik ke arahnya dan tersenyum singkat sebelum aku mengucapkan selamat malam dan berjalan menuju sekatnya. Saat aku hendak membuka pintu sekatku, aku baru tersadar akan sesuatu.
"Kak Nata?"
"Apalagi, Abiana? Kau menyesal menyuruhku tidur di sekatmu?"
"Tidak. Aku baru tersadar sesuatu. Kau belum menceritakan darimana kau mendapat luka dan lebam diwajahmu"
"Well, sini duduk disebelahku. Aku akan menceritakannya"
Aku pun langsung duduk di tepian kasur di sebelahnya. Ia pun terlihat seperti berpikir apa yang hendak ia ceritakan padaku.
"Well, aku memang berkelahi. Dengan siapa, aku tak mau memberitahumu karena pasti kau akan tahu sendiri. Dan mengapa aku berkelahi, karena-" ia memutuskan perkataannya yang membuatku penasaran setengah mati. Aku menanti jawabannya sekitar 5 menit.
"Well, intinya adalah sesuatu. Kau juga akan mengetahuinya. Sekarang tidurlah, Abiana. Terimakasih sudah mau menolong dan membantuku serta mendengarkan ceritaku" ia pun tersenyum lembut. Sebenarnya aku masih ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi muka lebamnya membuatku mengurungkan niatku dan beranjak tidur di sekat milik Kak Nata
***
Hari Jumat kali ini adalah hari libur karena acara keagamaan. Aku pun bersyukur karena lagi - lagi aku mendapat longweekend.

KAMU SEDANG MEMBACA
Incandescent. [Discontinued]
Novela JuvenilDua keberuntungan yang didapat seorang Theresia Abiana adalah: 1. Mendapat Beasiswa di International Boarding School 2. Satu kamar dengan senior tampan yang memiliki mata hijau memabukkan, hidung mancung, bibir merah muda, dan garis rahang yang taj...