Jika Ia suka padaku, tak mungkin ia pergi dengan wanita lain dan tertawa seperti ia sedang bersamaku. Dan jika ia hanya bersikap ramah kepadaku, tak mungkin ia mencium keningku secara diam diam. Argh, orang ini memang membuatku sakit secara perlahan lahan karena terlalu banyak memikirkan sikapnya yang tiba tiba.
"Abiana?"
Panjang umur kau, keparat. Mungkin sekarang aku sedikit kesal kepadanya. Apa aku harus menjauh darinya agar hatiku baik - baik saja? Mungkin itu ide baik."Abiana?!" Ia berteriak lagi, sedikit lebih keras. Aku pun hanya bisa berdecak kesal dan membuka pintu sekatku.
"Ada apa?" Tanyaku, sedikit ketus
"Ada tamu untukmu" jawabnya, tak kalah ketusnya sepertiku. Ada apa dengannya? Ah, itu malah bagus, artinya aku dapat melancarkan rencanaku dalam menjaga hati.
"Hai, Ana" tiba - tiba suara seorang laki - laki asing memenuhi gendang telingaku. Aku pun membalikkan badanku kearahnya, dan melihat Kak Darel. ADA APA DIA KEMARI?
"Wow. Hai, kak. Ada apa kau kemari?" Tanyaku, bingung. Aku pun semakin bingung ketika melihat muka Kak Nata sangat tegang seperti menahan amarah. Oh, God ada apa dengan mereka berdua?!
"Ingin mengajakmu kencan" katanya, secara tiba - tiba. Aku pun terkaget. Aku tak mau berkencan dengannya! Never in my wildest dream. Aku pun hanya bisa berdiam diri dan mencoba menimbang - nimbang tawaran liarnya itu.
Jika aku menerima, aku tak akan sudi berkencan dengannya. Sekalipun ia seorang yang digilai oleh banyak wanita.
Namun jika aku menerimanya juga, aku bisa melupakan sejenak pikiran - pikiranku tentang Kak Nata itu.
Kini seorang Darel memandangku penuh arti, dan di sisi lain seorang Nata memandangku sambil menekan garis rahangnya. Oh dua pria ini membuat kepalaku pecah secara otomatis.
"Cepat, Ana. Kita tak punya banyak waktu" kata Kak Darel yang membuatku terkejut. Aku terdiam sejenak lalu memutuskan sesuatu
"Aku banyak tugas kak. Kau bisa membantuku jika kau mau. Namun hanya disini, tak ditempat lain" kataku, sambil tersenyum lebar. Sedikit memanfaatkan kepintaran senior tak menimbulkan dosa, kan?
Sekarang, Kak Darel lah yang terlihat memikirkan sesuatu. Kak Nata yang ternyata masih ada disini pun hanya bisa mematung. Jika ia hanya bisa mematung dan diam saja mengapa ia tak kembali ke sekatnya? Bodohnya.
"Boleh" kata Kak Darel sambil tersenyum. Jujur saja, sebenarnya ia tampan. Namun entah kenapa aku merasa tak suka dengannya.
"Kau bisa meminta bantuanku, Abiana. Kenapa kau harus meminta bantuannya?" Sahut Kak Nata, tiba - tiba. Oh God, patung ini akhirnya berbicara.
"Terserah dia, idiot. Ayo ana serahkan tugasmu kepadaku" kata Kak Darel yang membuat Kak Nata langsung menggeram rendah, tak terima.
"Ada apa denganmu, Kak Nata? Kau mau membantuku membuat tugas juga? Kemarilah, Kak Nata kita kerjakan bersama - sama" kataku, berusaha ceria dihadapan dua seniorku ini. Sebutlah aku idiot karena aku akan mengajak mereka bersama - sama mengerjakan tugasku padahal aku sendiri tahu bahwa mereka saling tak suka satu sama lain.
"NOPE!"
"NEVER IN YOUR WILDEST DREAM ABIANA"
"TAK SUDI"
KAMU SEDANG MEMBACA
Incandescent. [Discontinued]
Fiksi RemajaDua keberuntungan yang didapat seorang Theresia Abiana adalah: 1. Mendapat Beasiswa di International Boarding School 2. Satu kamar dengan senior tampan yang memiliki mata hijau memabukkan, hidung mancung, bibir merah muda, dan garis rahang yang taj...