Pagi ini aku terbangun dengan keadaan mengantuk. Aku ingin melanjutkan tidurku namun mataku terganggu oleh sinar matahari yang menembus melalui kaca jendelaku.
Karena aku tak ingin menjadi gadis malas, aku bergegas melipat selimutku dan mengikat rambutku secara asal serta berdoa pagi. Aku pun melihat ke jam dinding, jam sudah menunjukkan pukul jam setengah tujuh pagi.
mungkin secangkir teh akan membuat hariku lebih cerah
Lalu, aku bergegas keluar sekat ku dan mencari alat - alat dan bahan untuk membuat teh. Aroma teh sontak menyeruak ke segala penjuru kamarku yang masih sepi ini.
Aku meminum tehku perlahan sambil menyanta biskuit kelapaku. Aku menikmatinya sambil memikirkan berbagai macam obyek dan subyek.
Tiba - tiba aku teringat akan ponselku yang belum ku cek semalaman. Akhirnya ku cek notifikasi ponselku.
Ternyata hanya ada satu pesan, dan itu berasal dari pengirim yang sama sejak kemarin itu.
"Selamat pagi, Ana. Nice day, xoxo :))"
Aku terlalu malas untuk membalasnya, sehingga aku mengabaikannya dan langsung menghapus pesan itu.
Tiba - tiba pikiranku melayang kepada Kak Nata. Laki - laki itu membuatku penasaran karena ekspresi dan kata - katanya yang sulit ditebak tadi malam. Aku pun jadi memikirkan apa yang sebenarnya dipikirkan oleh laki - laki itu.
Itu tidak penting, Ana. Mungkin dia sedang banyak pikiran sehingga menjadi sedikit aneh, batinku dalam hati.
Aku pun melahap biskuit yang telah kucelupkan di tehku lagi. Biskuit ini biasanya selalu kunikmati bersama keluarga ku di saat jam menonton tv bersama.
Ah, jadi rindu.
Aku pun jadi teringat akan janjiku kepada adikku bahwa aku harus menyusul dan menemaninya membeli stick play station dan beberapa kaset games yang sudah lama ia incar jam 2 siang nanti. Pasti akan sangat membosankan.
Mungkin aku tak jadi rindu adikku.
Saat aku menikmati biskuitku lagi, aku melihat Kak Nata sedang menyampirkan handuknya dan bergegas menuju kamar mandi. Ia terlihat sekali bahwa ia masih mengantuk. Dan aku tau ia masih melanjutkan menonton film dan bermain game online saat aku sudah tertidur pulas.
Aku pun mencoba menyapanya, agar suasana canggung kami semenjak tadi malam hilang.
"Pagi, Kak Nata"
"Hey, Ana. Tumben kau menyapaku dulu?" Katanya sambil membalikkan badan ke arahku. Ia tersenyum hangat. Aku pun otomatis membalas dengan senyuman yang tak kalah hangatnya.
"Karena aku juga memiliki rasa bersosialisasi. Tak berminat sarapan dengan biskuit? Sini bergabung bersamaku" ajakku
"Ah kau tau saja aku bosan dengan masakan asrama dan rindu akan biskuit kelapa. Terimakasih, Abiana"
"Ana saja. Silahkan. Jika kau ingin teh, ini aku membuat banyak. Hehehe" jawabku sambil menyodorkan teko teh. Sudah menjadi kebiasaan jika aku membuat teh dalam porsi besar, sekalipun aku hanya meminumnya sendiri.
"Terimakasih. Kau tak mandi? Tumben gadis sepertimu belum mandi. Biasanya sebelum aku bangun saja kau sudah berseragam" tanya Kak Nata yang sedang melahap biskuit kelapa.
"Karena acaraku hari ini masih lama dan terkesan membosankan. Aku harus menemani adikku berbelanja peralatan dan kaset gamesnya yang membosankan itu. Jadi aku malas untuk mempersiapkannya dari pagi ini" jawabku sambil membuang muka ke arah jendela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incandescent. [Discontinued]
Teen FictionDua keberuntungan yang didapat seorang Theresia Abiana adalah: 1. Mendapat Beasiswa di International Boarding School 2. Satu kamar dengan senior tampan yang memiliki mata hijau memabukkan, hidung mancung, bibir merah muda, dan garis rahang yang taj...