5.

1K 112 0
                                    

Aku tercengang mendengar perkataannya barusan. Apa maksudnya?

"Hei, kau benar - benar butuh jadwal pelajaran?" katanya lagi, seolah tau bahwa aku tercengang mendengar perkataannya barusan.

"Apakah menurutmu aku ini berbohong, kak?" Kataku sambil tersenyum simpul

"Haha, tidak. Sebentar, aku punya kopian jadwal untukmu"

Tak lama, aku disodorkan jadwal oleh Kak Nata, dan tak lupa aku berterimakasih kepadanya. Setelah itu, suasana pun kembali canggung karena tak ada yang berani berbicara lagi, entah kenapa. Namun, saat aku hendak kembali mengerjakan tugas, lengan besarnya mencegahku. Sontak, aku pun kembali berbalik ke arahnya.

"Ada apa kak?"

"Tak apa - apa, eh. Selamat mengerjakan tugas" katanya tiba - tiba, yang membuat jantungku tercekat. Lantas, ia kembali ke sekatnya. Meninggalkanku yang keheranan akan sikapnya yang-hampir selalu-tak terduga.

***
Setelah selesai mengerjakan tugas, aku langsung bersiap - siap untuk makan malam. Namun tak terasa, ada suara serak yang memanggil namaku ketika aku hendak meninggalkan kamar

"Abiana!" Yap, Kak Nata yang memanggilku.

"Ana saja"

"Terserah katamu. Ayo makan malam denganku. Sudah lama kan kita tak makan malam bersama?"

Kata - katanya barusan membuatku mematung ditempat, sekaligus membuat efek kejut listrik di seluruh badanku.

"Bagaimana?" Tanyanya lagi sambil tersenyum manis. Entah berapa kali dalam hari ini dia tersenyum kepadaku.

"Boleh juga"

***

Aku makan malam dengan tenang, tak tau kenapa aku merasa bahwa hari ini aku harus kalem. Jadi, aku hanya diam dan menikmati makananku dengan lahap.

"Jadi, kelas 10 sepertimu sedang sibuk apa?" Tanya Kak Nata memulai percakapannya.

"Sibuk mencabuti rumput, ya tidaklah. Sibuk mengerjakan tugas yang mulai menumpuk seperti gunung"

"Kau bisa meminta bantuanku, aku pintar dalam matematika, by the way. Hahaha" katanya sambil tertawa memandangku. Oh, aku rindu tawanya yang renyah.

"Percaya diri sekali, tuan?" Kataku sambil menjulurkan lidah dan menghabiskan suapan terakhir makan malamku.

Makan malam bergulir dengan cepat jika bersama Kak Nata. Aku merasa sangat terbantu dan terhibur karenanya. Mulai dari ia membantu tugas rumahku, membuat lelucon yang bisa dibilang tidak buruk, sampai menemaniku minum kopi. Dan semua itu membuatku senam jantung sekaligus senang sekali. Rasanya, sudah lama tidak berbicara dengannya, bercanda dengannya. Dan beruntungnya, aku bisa merasakan hal itu lagi.

"Sudah malam. Tugasmu juga sudah selesai, kau tak tidur?"

"Ingat bahwa kita sedang meminum kopi, kak? Ingat tidak apa efek kopi?" Tanyaku sambil meledek. Jenius jenius namun bodoh, batinku sambil terkekeh.

"Hahaha. Namun kau harus tidur segera, besok kau kehabisan sarapan"

"Peduli sangat, kak?" Kataku, masih dengan nada bercanda. Sudah kubilang kan, bahwa aku sangat senang bercanda?

Namun, Kak Nata malah terdiam, sepertinya menganggap perkataanku itu serius. Aku pun merasa bersalah jadinya. Haduh.

"Jangan diam seperti itu kak, aku hanya bercanda. Selamat malam, Kak Nata" kataku, seraya masuk ke sekatku dan langsung terbaring tidur.

Incandescent. [Discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang