Hari berganti hari dengan cepat, tak terasa musim pertandingan Basket Nasional akan dimulai besok. Aku tak tau harus seperti apa, yang pasti aku senang karena aku dapat melihat senior - seniorku bertanding di ajang besat dan itu berarti kesempatan buatku untuk belajar Basket lebih dalam, walaupun aku tau aku juga tak benar - benar pro dalam hal basket.
Sekarang aku ada di kelas, mendengarkan pelajaran sains yang sangat membosankan, at usually. Sebenarnya sains sangat menyenangkan saat praktek, namun saat sudah materi seperti ini, seluruh kelas bisa tertidur, seperti sekarang ini. Separuh dari kelasku tertidur atau mendengarkan lagu dari iPod mereka masing - masing. Sedangkan aku, aku sudah menjejalkan telingaku dengan headset dan lagu - lagu yang bisa membuat mood ku naik drastis, namun aku tetap saja bosan. Aku pun bersandar di kursiku, memikirkan apa yang kira - kira bisa kuperbuat.
Tiba - tiba lampu di atas kepalaku muncul.
Ew, kau menjijikan Abiana.
Tidak, aku memang benar memiliki ide cemerlang. Aku akan kabur menuju kamar mandi di sebelah kelas Nathan.
Kenapa aku harus lari kesana?
Karena aku rindu dengan Nathan.
Ew, tidak juga sih.
Tapi bolehkan seorang sepertiku modus kepada senior tampannya seperti yang ada di film - film?
Tanpa berpikir panjang, aku pun bangkit berdiri, sembari membenarkan seragamku yang sedikit lusuh karena aku duduk secara tidak rapi. Vidia menangkapku berdiri, lalu menanyaiku "kau mau kemana?" Tanpa suara. Aku hanya bisa tersenyum sambil mengedipkan sebelah mataku kepadanya.
"Sir, bolehkah saya ke kamar mandi?" Kataku, sambil menyentuh bahu guru Sainsku-yang tidak kuketahui namanya siapa.
Ia membalikkan badannya yang dari arah papan tulis menjadi ke arahku. Lalu ia mengangguk singkat, lalu kembali kepada posisinya semula. Aku pun langsung meninggalkan kelas, dengan ekspresi senang ala remaja - remaja kampungan yang baru saja mencoba membolos dan ternyata berhasil.
Aku berjalan cepat menuju kelas Nathan-maksudku kamar mandi disebelahnya. Sepanjang aku berjalan di lorong sekolahku yang sangat panjang, aku memikirkan apa yang akan aku pakai besok untuk menjadi team supporter. Aku bukan tipe wanita yang membawa seluruh isi lemari ke dalam koper untuk dibawa ke asrama.
Kaos dengan celana jeans?
Atau dress?
Dress sangat menjijikkan, seperti perempuan kampungan yang ingin dilirik dimana saja.
Saat aku tengah memikirkan sesuatu, tiba - tiba aku merasakan ada buku menghantam kepalaku, aku pun mendongak, melihat ada banyak buku yang hendak menghantam kepalaku, aku pun otomatis menghindar.
Keparat, siapa yang membiarkan buku - bukunya di loker berjatuhan.
"Maafkan aku" tiba - tiba suara seseorang menyeruak ke gendang telingaku, aku menoleh ke arah sumber suara, melihat seorang lelaki berperawakan atletis cenderung tinggi dengan rambut brunette mengarah gold sedang menatapku dengan tatapan menyesal.
"Tak apa, mungkin buku ini bisa mengilhami ku agar lebih pintar" kataku, dengan menaruh nada humor di perkataanku.
"Kau lucu juga, siapa namamu?"tanyanya, dengan senyum manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Incandescent. [Discontinued]
Teen FictionDua keberuntungan yang didapat seorang Theresia Abiana adalah: 1. Mendapat Beasiswa di International Boarding School 2. Satu kamar dengan senior tampan yang memiliki mata hijau memabukkan, hidung mancung, bibir merah muda, dan garis rahang yang taj...