Long weekend ku berakhir dengan menyedihkan. Selama 2 hari tersisa aku hanya berdiam diri, streaming film, menelepon ibu ku, makan bersama Vidia dan Monica, dan bermain social media seperti remaja kebanyakan. Kak Nata? Sejak belajar bersamanya dan Kak Darel, ia menjadi diam? Pagi - pagi ia sudah meninggalkan kamar dan kembali siangnya untuk tidur dan sorenya kembali keluar dan pulang jam 10 malam, batas akhir siswa berada di luar asrama.
Sebenarnya, aku sangat ingin berbicara bahkan menghabiskan waktu bersamanya. Namun, pikiranku mengatakan bahwa itu bukanlah ide yang baik,entah mengapa.
***
Senin ini dimulai dengan kelas Matematika yang membosankan. Tipikal hari Senin, yang menyajikan seluruh pelajaran berat dan membosankan.
Kulirik Vidia, ia dengan damainya mendengarkan lagu di iPodnya sembari membaca novel online. Seandainya aku tak lupa mengisi baterai iPodku.
Kulirik Monica, ia sedang sibuk voice call dengan pacarnya via skype. Gadis itu sangat pintar, menyusun seluruh buku pelajarannya diatas meja sedemikian rupa, sehingga ponselnya tidak dapat terlihat oleh guru. Keparat kau, Monica.
Aku hanya bisa mengetuk - ngetukkan jariku diatas meja. Namun lamunanku buyar saat ponselku bergetar yang menandakan adanya pesan sosial media.
Anthony Nathan: Hai, Abiana.
Apa maksudnya setelah kami tidak berkomunikasi selama 2 hari ia memberiku pesan konyol seperti ini? Apa sebenarnya ia memang peduli padaku?
Aku hanya membaca pesannya dan beralih membuka sosial mediaku yang lain. Namun hanya beberapa menit, pesan dari Kak Nata menginterupsiku lagi
Anthony Nathan: Maafkan aku, Abiana. Ponselku tadi dipegang dan dimainkan oleh Robert. Maafkan aku.
KEPARAT!
Kukira ia akan peduli padaku, nyatanya tidak. Kau yang terlalu percaya diri, Abiana.Aku mengambil nafasku sejenak lalu membalas pesan dari Kak Nata.
Theresia Abiana: no problem:)
Hanya itu yang bisa kujawab, walaupun dalam hati aku ingin bersumpah serapah kepada Kak Robert yang telah mengirim pesan konyol itu kepadaku. Beberapa detik kemudian sebuah invitasi pertemanan muncul bertuliskan nama Robert Young, seseorang yang mengotak - atik ponsel Kak Nata barusan. Aku pun tak bisa berbuat apa - apa selain menerima invitasi tersebut.
***
Pelajaran di hari Senin berlangsung dengan cepat, aku pun langsung makan siang dan langsung kembali ke kamarku.Saat sudah didepan pintu kamar, kulihat pintunya tertutup rapat. Kak Nata belum pulang? Sial, padahal aku tidak membawa kunci sama sekali.
Aku berusaha mengetuk pintu, namun bukan suara langkah kaki atau putaran kenop pintu yang aku dengar, yang aku dengar malah suara dua orang atau tiga orang yang berbicara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Incandescent. [Discontinued]
JugendliteraturDua keberuntungan yang didapat seorang Theresia Abiana adalah: 1. Mendapat Beasiswa di International Boarding School 2. Satu kamar dengan senior tampan yang memiliki mata hijau memabukkan, hidung mancung, bibir merah muda, dan garis rahang yang taj...