Sesuatu yang kusembunyikan kini menggandengku untuk berbicara.
• Arabelle Adya •
HAPPY READING <3
Sebuah luka yang berusaha dikubur dalam, kini mulai memunculkan sedikit demi sedikit wujud aslinya.
Luka lama yang hampir mengering kini mulai mengelupas kembali.
Belum sepenuhnya mampu kusembuhkan, kini seseorang yang menjadi sebab luka itu ada, hadir di hidupku, kembali.
Pagi ini terasa berat untukku. Rasa panas di mata akibat menangis tadi malam, masih terasa. Kepalaku pusing.
Hari ini aku ingin meluangkan waktu bersama kedua anakku.
Menemani mereka seharian, dan semoga juga menghilangkan kesedihanku.
Rakha menghampiri Adya yang sedari tadi melamun di depan meja makan. Menarik ujung baju Mamanya.
Adya membuyarkan lamunannya. Sedari tadi anaknya membutuhkannya. Seketika wanita itu langsung tersadar.
" Iya Akha. Ada apa nak?. " Tanyaku pada Rakha.
Anakku tidak boleh mengetahui kesedihan ini. Itu akan membuat mereka juga khawatir dan menangis.
Hati mereka masih sangat lembut dan sensitif terhadap sekitarnya.
Mereka masih membutuhkan kasih sayang penuh dariku. Tuhan, sadarkan Aku. Mereka butuh seorang Ibu yang kuat dan selalu ceria.
" Inaka mau nonton film Ma. Akha juga mau!! " Seru anaknya itu.
Adya mengangguk, tersenyum hangat pada anaknya. Kemudian beranjak memenuhi keinginan kedua anaknya ini.
Inaka masih bisa puas main di Jakarta karena pandemi yang mengharuskan sekolah secara online.
Adya menyiapkan alat untuk anak-anakku menonton film.
Setelah selesai dan tinggal menunggu pembukaan dalam film. Adya kembali membiarkan mereka berdua. Kembali merutuki kesedihan di lain ruangan.
Disaat belum sampai Adya ke tempat yang diinginkan. Seseorang mengetuk pintu, memencet bel rumahku tanpa henti.
Membuka pintu perlahan, mata wanita itu langsung melebar. Terkejut akan seseorang yang sedari tadi mengetuk dan memencet bel tanpa henti.
Dilan!!. Bagaimana. Tidak. Pikirnya. Wanita itu langsung membanting pintu, menutup rapat. Dia takut. Kenapa laki-laki itu bisa tahu rumahnya. Pasti Ella yang memberitahu.
Bagaimana ini. Ada anak-anaknya. Dia tidak ingin kehilangan mereka.
Benar saja, kemarin malam Dilan segera mencari tahu tentang Adya ke Ella. Bertanya banyak hal. Ella memberitahu seperempat tentang Adya.
Tidak banyak, dia tidak ingin laki-laki ini menyalahgunakan informasi yang dia berikan.
Ella tahu Dilan menyukai sahabatnya. Dia berpikir bahwa Adya harus memulai hidup baru bersama seseorang, tapi wanita itu tidak tahu, bahwa Dilan adalah penyebab luka yang dirasakan sahabatnya.
Dilan mengetuk kembali pintu itu.
Berharap Adya kembali membukakannya, benar saja, wanita itu kembali membuka pintu. Mendorong tubuhnya dan kembali menutup pintu dari luar.
" Kenapa kau disini?. Ada urusan apa lagi?. ".
" Aku mau menjelaskan sesuatu." .
" Apa!?. ".
"Tolong dengarkan aku ".
" Cepatlah!. Aku tidak punya waktu banyak. ".
" Aku,,,, ".
Pintu rumah Adya terbuka. Seorang laki-laki kecil menghampirinya dengan Dilan.
" Mama!!. Filmnya mati! " Ucap anak itu. Rakha.
Adya panik. Dia menyembunyikan Rakha di belakang tubuhnya. Wanita itu membalikkan tubuhnya membelakangi Dilan.
" Rakha masuk dulu ya. Nanti Mama kasih film yang lebih seru deh. Rakha main game aja dulu, ya nak. " Ucap Adya berusaha tenang.
Anak itu mengangguk. Namun matanya berusaha mengintip siapa yang sedang berbicara dengan Mamanya.
" Itu siapa Ma?. " Tanya Rakha.
Dilan menatap anak itu, hatinya sakit saat seorang anak kecil berlari menghampiri wanita itu dengan sebutan 'mama'.
Apa dia sudah bahagia dengan orang lain?.
Apa aku sudah sangat terlambat?.
Apa memang aku harus menyerah?.
Semua pertanyaan yang muncul di benak Dilan, membuat wajah pria itu menjadi lesu.
Dia sudah tidak memiliki semangat jika Adya memang benar-benar sudah memiliki keluarga. Penantiannya selama ini ternyata menjadi sia-sia.
Mata Dilan dan Rakha bertemu. Ada kemiripan pada wajah mereka.
Adya buru-buru meminta anaknya untuk kembali ke dalam rumah.
Dia takut Dilan akan mengambil anaknya. Wanita itu tidak tahu apa yang sekarang dirasakan oleh Dilan saat Rakha memanggilnya.
Dilan melupakan kata-katanya. Dia mundur. Dia tidak bisa memaksa seseorang untuk bersamanya.
Sebuah luka yang mulai bisa disembuhkan malah membuat dirinya sedih dan tidak ingin berusaha lagi untuk mengobatinya.
Takdir ternyata punya cara sendiri dalam menuliskan sebuah kehidupan dari tangan Tuhan.
Sebuah kejadian yang tidak melulu menjadi penentu apa yang akan terus dialami dikemudian hari.
Semua menguap seakan awan yang membawa air untuk menurunkan hujan di sebuah kota. Perasaan Dilan semakin hancur.
Laki-laki itu berjalan mundur, membalikkan tubuhnya dan pergi meninggalkan Adya.
Wanita itu hanya menatap punggung lebar laki-laki itu.
" Hei!!, ada apa denganmu?!. Apa yang ingin kau jelaskan tadi?!. " Seru Adya. Dia kebingungan dengan reaksi Dilan.
Kenapa malah pergi, tadi ingin menjelaskan. Menambah kesal dan benci pada hatinya.
Adya membalikkan tubuhnya, pergi masuk ke dalam rumah. Dia tidak ingin mempedulikan laki-laki itu.
Mereka sama-sama memiliki pikiran hancur dan sedih. Tapi Adya tidak tahu bahwa laki-laki itu kini lebih hancur dari dirinya.
Cut.🎬🎬🎬
penasaran nggak?
. sama.IKUTI CERITA LAINNYA JUGA YUK. BACA DENGAN TULUS YA, TERAPI UNTUK PIKIRAN. HEHE
TERIMA KASIH SEMUANYA. ❗❗❗❗
KAMU SEDANG MEMBACA
Broke Married | End
General Fiction[Belum di Revisi] Definisi cinta itu tidak harus memiliki. Faithfullness. Adakalanya yang kamu hendak, tuhan tidak mengijinkannya, mau bagaimanapun engkau dekap erat maka akan terurai dengan sendirinya.