Melepaskan masa lalu yang memberi luka sedang kuusahakan.
~ Arabelle Adya ~
HAPPY READING <3
Tiga bulan sudah, Adya tidak pernah bertemu Dilan sejak hari itu. Kehidupan mereka kembali seperti dulu.
Memberi perasaan sepi pada hati wanita itu. Memikirkan apa yang terjadi sehingga Dilan tiba-tiba pergi menjauh.
Apa dia sudah tidak mau mengakui anaknya lagi ?
Apa dia sudah tidak mau dengan Adya saat melihat anaknya ?
Semua pertanyaan itu muncul selama tiga bulan ini. Menunggu sebuah jawaban yang hanya bisa dijawab oleh laki-laki itu.
Dunia sedang bercanda dengan hidupku saat ini.
Dia sedang ingin tertawa. Hati yang tidak bisa sembarangan manusia atur, Tuhan sedang membolak-balikkannya.
Sebuah kebencian yang aku pupuk kini menguap dan menjadi sebuah harapan bersama untuk bahagia.
Semua rasa yang tidak dia harapkan, hadir dalam hatinya, pikiran yang menuntut untuk bersama namun Adya bisa apa jika dia tidak ingin bersama.
Hari ini Inaka akan pulang ke Bandung. Hari terakhir yang tidak akan disia-siakan oleh Adya bersama putrinya itu, wanita cantik itu berinisiatif mengajak Rakha dan Inaka main ke mall di Jakarta.
Berbelanja dan bermain di tengah pandemi yang sudah mulai surut. Membuat Adya sedikit tenang mengajak mereka.
" Mama. Bagus nggak? " Tanya anak kecil pada Adya. Inaka.
" Cantik banget. Anak mama cantik banget. " Ucap Adya melempar senyum bahagia pada anaknya.
" Kalo Akha gimana Ma? "Seru Rakha muncul dari dalam kamar.
" Wahhhh,, gantengnya. Anak-anak Mama mau kemana sih?," Adya melempar senyum jahil, sengaja.
" Ih Mamaaaaa... Kan mau ke mall!! " Seru Rakha berhambur ke arah Adya.
Memeluk wanita itu dengan merajuk.
" Iya deh iya. Mama mau ambil tas dulu, " Wanita itu berhambur masuk ke dalam kamar, berniat mengambil tas cantik miliknya.
Adya menggandeng anak-anaknya menuju mobil. Rakha dan Inaka memilih untuk duduk di belakang bersama.
Sedangkan Adya, harus duduk sendirian di depan.
Kedua anaknya sangat bahagia. Teganya dia jika memberi kesedihan dalam kebahagiaan itu, ini semua kesalahannya.
Kenapa harus mereka yang harus merasakan. Tidak.
Semua ini harus bisa dia lupakan. Tidak ada masa lalu itu lagi.
Triingg triingg !!! Ponsel Adya berbunyi. Wanita itu berseru pada anaknya Rakha yang mengerti bagaimana menggunakan handphonenya untuk mengangkat telepon.
Anak itu menuruti permintaan Mamanya dan menekan tombol speaker saat berhasil mengangkatnya
________
Ay.
Iya El. Gua lagi nyetir.
Owww, nanti ada kerjaan nih. Ada klien baru.
Siapa?.
Udeh. Kesini aja nanti. Oh iya, gue nitip beliin cheese burger pas mau kesini.
Iya nanti.
Oke deh. Papay.
Bye.
_______
Tutup Rakha saat Adya memintanya untuk mematikan telepon.
Rakha dan Inaka kembali bermain sebuah tebak-tebakan di kursi belakang.
Kebahagiaan yang terlihat oleh mata Adya, itu, tidak boleh dirusak oleh siapapun, bahkan dirinya sendiri.
Setelah melewati perjalanan selama dua jam lebih dua puluh menit, akhirnya Adya dan anak-anaknya sampai di salah satu mall besar di Jakarta selatan.
Ketiga orang itu turun dari mobil dan segera memasuki pintu kaca besar yang menjulang tinggi di depan mereka.
Adya menggandeng anak-anak di kedua tangannya. Rakha di sebelah kiri dan Inaka sebaliknya.
Mata bersinar kedua anak itu membuat hati Adya bahagia sekali. Wanita itu tidak bisa membayangkan jika Dilan merebut mereka darinya.
***
Dilain sisi. Seorang laki-laki masih saja terlihat lesu saat sudah memasuki ruangan pribadinya di perusahaan.
Laki-laki yang dipandang tegas dan dingin itu sangat rapuh.
Hatinya masih sangat hancur.
Entah sejak kapan dia tidak menyadari bahwa semua ini membuat hati dirinya seakan menghilang.
Karakter dingin dan tegas menghambur dengan berlalunya waktu selama tiga bulan ini.
Matanya selalu menatap kosong ke depan, beralih jika ada sesuatu yang penting dan mengenai pekerjaan saja.
Hidupnya kosong. Lagi.
" Kak!! " Panggil seseorang membuyarkan lamunannya.
Vani membuka pintu ruangannya dan berhambur duduk di kursi yang berada di depannya.
" Kenapa?. " Ucap Dilan datar.
" Berita bagus. Temenku mau jadi klien kak Adya. Terus aku nyuruh dia tanya tentang bio kak Adya.
" Dan kakak tau? Kak Adya nggak nikah sama sekali ". Lanjutnya.
" Semua orang cuma tahu kalo anak kak Adya lahir dengan seorang laki-laki yang pergi meninggalkan mereka saat kak Adya hamil. Temenku bilang gitu, tapi maaf ya kak. Ini seadanya. " Vani menunduk.
Kata-katanya menyindir Dilan sekali. Mengetahui itu laki-laki di depannya seakan mendapat sebuah proyek besar yang di impikannya.
Mata Dilan menatap nanar pada ruangan itu. Merasa sangat bersalah dengan kehidupan Adya.
" Benarkah itu? Aku tau, aku salah Van. Tapi kakak mau memperbaikinya. " Laki-laki itu beranjak dan berlutut di depan adiknya.
Menangkup tangan adiknya dengan sebuah harapan baru. Sebuah harapan yang akan dia capai.
Senyuman pada wajah Dilan membuat Vani ikut merasakan kebahagiaan di hatinya.
Kini kakaknya itu bisa kembali bersemangat dalam hidupnya.
Beberapa jam lalu,,,
Temannya memberi kabar bahwa dia akan menikah dan menyewa jasa w.o milik Adya.
Vani mengetahui bahwa itu adalah milik Adya karena pernikahan Kakaknya, Tamara, menggunakan jasa Arabelle Organation.
Seketika perempuan itu langsung menyambar kunci mobilnya dan berkendara dengan senang menuju kantor kakaknya, Dilan.
Perasaan bahagia bahwa kabar ini akan membuat Dilan bahagia membuat Vani tidak mau menyia-nyiakannya dan bersemangat untuk menyampaikannya.
Saat ini Dilan dan Vani masih disibukkkan dengan kegiatan masing-masing.
Setelah kepergian Vani untuk melanjutkan pekerjaannya, berbeda dengan tadi, saat ini Dilan Rasendriya merasa lebih bersemangat dalam bekerja.
Memikirkan bagaimana dia akan mengajak Adya untuk hidup bersamanya.
Memikirkan bahwa anak yang dia lihat itu adalah buah hatinya dengan perempuan yang dia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broke Married | End
General Fiction[Belum di Revisi] Definisi cinta itu tidak harus memiliki. Faithfullness. Adakalanya yang kamu hendak, tuhan tidak mengijinkannya, mau bagaimanapun engkau dekap erat maka akan terurai dengan sendirinya.