If half of my soul leaves, then how will I live fully
~ Arabelle Adya ~
Tentang sepasang mata yang menatap lurus namun penuh keheningan.
Di dalam sana menampung buliran kristal bening yang disumbat lengkungan bibirnya.
Tiada yang tahu berapa cerita yang ditutup melalui pejaman mata itu.
Semua dipaksa menghilang melalui isakan kesunyian.
Berita dari Vani seakan mencekik dan menghantam keras dirinya. Tubuhnya terkulai lemas, lututnya sakit menghantam lantai namun tak ia pedulikan.
Adya hanya ingin Dilan. Suaminya adalah separuh hidupnya, lalu bagaimana dia harus melanjutkan kehidupannya jika jiwanya saja pergi meninggalkannya.
Vani berlutut, menyejajarkan tubuhnya di depan wanita itu lalu memeluknya erat, dengan isakan yang mulai Adya keluarkan. Dia tidak sekuat itu. Jiwanya pergi.
" Aku rindu dia van,, " diiringi isak yang sesak dari Adya, Vani hanya bisa mengeratkan pelukannya.
Sama halnya Adya, dirinya juga tidak karuan dengan berita yang Clarissa sampaikan.
Satu jam sebelumnya....
Clarissa menatap lurus Dilan. Laki-laki itu melihat sekeliling, semua ajudan ayah Clarissa memang hampir menyamai miliknya.
Bisnis keduanya memang sedang diambang kehancuran karena pernikahan Dilan dengan Adya.
Dilan tidak peduli, namun hatinya sedih saat mengingat kembali janjinya pada keluarga Clarissa.
" Kamu tidak perlu seperti ini Dilan. " Perempuan itu mendekat, berbisik.
Dilan diam, hatinya tak karuan. Clarissa mundur lagi, dan menatap tawar Dilan.
" Apakah ini akan selesai kalo aku mati ?" Ucap Dilan memastikan bahwa Clarissa tidak akan berbuat sesuatu pada keluarganya nanti.
Karena bagi Dilan, jika dirinya sudah berjanji maka nyawanya adalah jaminannya.
Raut wajah Clarissa berubah seratus delapan puluh derajat menatap Dilan.
Dia tidak ingin kehilangan Dilan, namun ia sudah berjanji pada ayahnya untuk membunuh Dilan hari ini.
" Dilan. Tinggalkan wanita itu, aku mohon" Clarissa mendekat. Tangan kanannya sudah memegang pistol sedari tadi.
Dilan menatap lagi sekeliling " Apakah ini akan selesai ?" Pastikan Dilan.
Clarissa menangis, dia mencintai Dilan sama halnya dengan Adya. Dia hanya ingin memiliki Dilan, tapi cinta laki-laki itu untuk Adya membuatnya sakit hati.
Dilan menarik tangan kanan Clarissa yang memegang pistol, mendekatkan ke arah dada kirinya tepat mengarah langsung ke jantungnya.
" Dilan, aku mohon jangan pergi. " Ucap Clarissa, gugup karena Dilan memegang tangannya erat.
Seseorang muncul di belakang Clarissa. Ayahnya.
" Apa yang kau tunggu Claris ?!"
Clarissa menoleh, menggeleng untuk menghentikan semuanya.
" Cepat !!"
Dammm !!! Suara tembakan menggemah di udara.
Semua orang terlonjak kaget begitupun Clarissa yang lemas karena barusaja, Dilan menarik pelatuk di tangan Clarissa.
Dilan jatuh, begitupun Clarissa yang ikut lemas. Tangisan perempuan itu pecah, sedangkan ekspresi kesakitan Dilan semakin membuatnya terisak.
Vani pergi bersama asisten Dilan. Tangisannya pecah karena dia tahu apa yang akan terjadi.
Semua keluarga Dila tahu apa yang pernah kakaknya itu janjikan pada keluarga Clarissa.
Bagaimana dia akan menyampaikan pada Adya? Pikiran Vani semakin kalut dan ketakutan dengan reaksi kakak iparnya itu.
Kini dirinya sudah sampai di mansion Dilan.
Disana tidak akan ada lagi kakaknya, namun disana dia masih memiliki jiwa kakaknya pada seseorang.
Melangkah lemas menuju ruang tamu, matanya langsung mendapati Adya yang sudah menunggu disana.
" Vani !" Adya berlari ke arah perempuan itu, menuntunnya, lalu mendudukkannya di sofa.
" Kamu nggak pa-pa kan ?" Pastikan Adya.
Vani menggeleng, dia tidak berani menatap Adya.
" Kenapa Van ? Ada yang sakit ?"
" Kak ." Ucap Vani, berusaha menyampaikan sesuatu itu. " Jangan tinggalin aku ya ".
Adya menautkan alisnya " kenapa Van ?" menangkup tangan adik iparnya.
" Kak Dilan ---" Vani ragu.
" Iya, Dilan kenapa Van ?" Adya khawatir, Dilan meninggalkannya dengan Rakha namun sesuatu masih mengganjal di hati Adya karena ucapan suaminya itu.
Dia hanya ingin memastikan apa yang terjadi.
" Kak Dilan, udah nggak ada kak. " Jelas Vani. Adya menguraikan genggamannya. Tatapannya kosong.
" Kak ". Vani menarik kembali tangan Adya. Dia juga sama sedihnya.
Adya hanya tersenyum lemas, tubuhnya beranjak berdiri namun siapa sangka dirinya jatuh begitu keras menyentuh lantai dengan posisi berlutut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broke Married | End
General Fiction[Belum di Revisi] Definisi cinta itu tidak harus memiliki. Faithfullness. Adakalanya yang kamu hendak, tuhan tidak mengijinkannya, mau bagaimanapun engkau dekap erat maka akan terurai dengan sendirinya.