Kamu adalah yang tersayang dari yang aku sayang.
~ Dilan . R ~
Hari ini Adya berniat pergi ke rumah Tamara. Berniat membantu adik iparnya untuk bersiap ke luar negeri.
" Mas. Aku mau ke rumah Tamara lho. Kamu nih nggak bangun, udah jam berapa ini!!" Adya kesal.
Sudah hampir satu jam dia berusaha membangunkan suaminya. Namun Dilan masih saja setia bergelung di dalam selimut.
" Bentar sayang. " Ucap Dilan dari dalam selimut.
" Bentar bentar,, capek nih!,," Sungut Adya. " Jangan minta di sayang kalo nggak nurut." Sambungnya.
Dilan menyibakkan selimut. Matanya memicing mencoba beradaptasi dengan sinar matahari pagi yang sudah masuk ke dalam kamarnya.
" Jangan gitu dong. Masa suami nggak di sayang, durhaka kamu. "
" Bodo. "
Laki-laki itu beranjak duduk. Mencoba mengambil nyawa sebanyak mungkin agar istrinya tidak terlalu terbawa kesal pada dirinya.
" Jangan marah sayang. " Dilan menarik Adya, yang berakhir pada wanita itu duduk di atas pahanya.
Matanya masih mengacuhkan Dilan, menoleh ke berbagai arah dengan posisinya di pangkuan Dilan.
Tangan kekar milik Dilan sudah melingkar erat di pinggangnya, sembari laki-laki itu menggosokkan janggut tipis di bahu Adya.
" Ini udah bangun kok. Aku mau mandi dulu, terus anterin kamu, ya??"
Adya masih tidak menatap Dilan. Kesalnya masih saja bersungut karena selama satu jam dia diacuhkan Dilan.
" Iya. " Hanya itu yang keluar dari bibir kecil milik Adya.
***
Tiba di Bandara dan berhasil mengantarkan adiknya dengan persiapan yang matang.
Dilan meraih pinggang Adya. Istrinya itu masih saja mengacuhkannya sedari tadi. Itu membuatnya rindu setengah mati.
Sudah sembilan bulan pernikahan mereka, memang pertengkaran seperti ini selalu hadir mengiringi, namun ini sudah hampir sehari Adya mengacuhkannya.
" Ngapain sih?" Kesal Adya.
" Sayangnya aku jangan marah dong. " Ucap Dilan menggoda.
Adya hampir tersenyum. Sebenarnya dia sudah tidak marah. Namun sesekali mengerjai suaminya ini memang bagus.
" Jauh jauh sana, siapa sayangku??"
" iiiiihhh, jangan dong. " Dilan memeluknya dari samping, menyandarkan kepalanya di bahu istrinya.
Tentu saja nyaman dan selalu membuatnya bahagia berada dalam posisi apapun bersama istri tersayangnya itu.
" Pulang nggak nih?" Posisi Dilan masih belum memudar sampai akhirnya Adya yang sudah merasa beberapa pasang mata di Bandara mengamati mereka.
" Nggak mauuu." Dilan semakin mengeratkan pelukannya.
" Anak-anak nanti bangun mas. " Adya mencari alasan supaya Dilan menyerah dan segera mengajaknya pulang.
" Iya deh iya. Jangan marah lagi ya,"
" Liat nanti. "
" Kok gitu. "
" Emang gitu. Udah yuk, pulang. " Wanita itu berjalan dahulu, diikuti oleh Dilan yang berjalan menyusulnya dengan pandangan lesu karena terus diacuhkan oleh istrinya itu.
Kebahagiaan tidak pernah meninggalkan Adya. Masih menetap disana bersama orang yang dia sayangi.
***
Heyyyyoooo
Wassap men, hadir lagi aku disini menyapa kalian pembaca setia DILANDYA.
Apa kabar semuanya???
Gimana, seru nggak part-nya, masih biasa aja ya??
Tetap semangat dan selalu jaga kesehatan ya kalian. Aammiinn.Mama Adya lagi ngambek nih.🤭
Sabar ya papa Dilan. Semangat.😁
KAMU SEDANG MEMBACA
Broke Married | End
General Fiction[Belum di Revisi] Definisi cinta itu tidak harus memiliki. Faithfullness. Adakalanya yang kamu hendak, tuhan tidak mengijinkannya, mau bagaimanapun engkau dekap erat maka akan terurai dengan sendirinya.