Happier.
~ DILANADYA ~
HAPPY READING <3
Pertemuan ini sudah ditulis oleh Tuhan dengan sangat baik.
Dan untuk ke depannya Adya berharap semua terencana dan terlaksana dengan baik dan bahagia.
Ponsel Adya berdering, menampilkan deretan nama yang dia tunggu.
_________
Hallo.
Hallo.
Lupa ya?.
Lupa apa?.
Tau ah. Kalo nggak niat yaudah.
Hehe, bercanda sayang. Lima menit lagi ya.
_________
Telepon ditutup sepihak oleh Adya. Perempuan itu merajuk karena Dilan seperti seseorang yang tidak benar berniat untuk menikah.
Hari ini mereka memulai persiapan acara pernikahan mereka yang rencananya diselenggarakan di gedung Tamara, lagi.
Namun pelaksana pernikahan kali ini adalah Dilan dan Adya.
Tamara sudah mendengar cerita dari Vani dan menyetujui pernikahan kakaknya. Wanita cantik itu siap memberikan gedungnya sebagai tempat pernikahan kakaknya.
Dilain sisi, Dilan sedang berjalan ke arah seseorang, dengan bibir manyun yang membuat matanya gemas dan mempercepat ritme berjalannya.
" Hayooo!!! "
Sontak saja wanita itu terkejut dan memukul lengan Dilan. Adya.
Dilan sangat romantis semenjak berada dengan Adya, laki-laki itu selalu berusaha membuat hidup Adya semakin bahagia.
Walaupun harus mengorbankan sesuatu, Dilan rela untuk wanita dan anak-anaknya.
***
" Ini tuan. Gaun ini sangat elegan dan mewah untuk pernikahan mewah." Pegawai cantik itu memandang Dilan seperti kelaparan, membuat Adya menatapnya tajam namun tidak diindahkan.
Dirinya seperti hantu yang dianggap hilang di sekitar orang-orang ini.
" Iya mbak. Biar saya yang lihat. " Adya berdiri ke depan Dilan. Menghalangi pegawai itu bisa leluasa menggoda laki-laki itu.
Dilan menahan tawa saat menyadari bahwa wanitanya ini sedang cemburu. Sangat lucu, pikirnya.
Dilan pasrah, membiarkan Adya yang mengatur semuanya. Sampai pada titik mereka berada di sebuah toko perhiasan mewah.
Adya melihat Dilan yang sibuk dengan Ipad nya tanpa sedikitpun memberi pendapat.
Wanita itu pergi. Berlalu keluar dan disadari oleh Dilan.
" Kamu kenapa sayang? " Tanya Dilan sesampainya mereka berhenti tepat di samping mobilnya.
" Kamu tuh kalo nggak niat nikah, aku bisa ngurus anakku sendiri !! " Adya marah. Dia hanya lelah karena hari ini Dilan seperti tidak mau memberikan sedikitpun pendapat dalam persiapan pernikahan mereka. " Yang nikah disini tuh Kita. Bukan aku doang, kalo kayak gini mending nggak usah!! "
Dilan menatap sendu mata Adya. Menarik tangan wanita itu, kemudian menggenggamnya. Adya balas menatap Dilan dengan acuh.
" Aku minta maaf ya. Yaudah, sekarang mau ngapain? " Laki-laki itu mencoba sebaik mungkin.
" Udah selsai. Telat!. " Adya membuka pintu mobil dengan sedikit kasar.
Dilan hanya bisa menghembuskan napas kasar dan menyusul ke lain sisi, ke pintu kemudi. Wanitanya sedang merajuk dan dia tidak berpengalaman disini.
" Sayang. " Dilan terus mencoba mengobrol, namun Adya masih diam seribu bahasa tanpa memperdulikannya.
" Sayang. Jangan marah dong. " Dilan sesekali menoleh ke arah Adya lalu kembali fokus menyetir.
***
Rakha mendapati Papa dan Mamanya berdiri di samping mobil milik Dilan di depan sekolahnya.
Mata anak itu berbinar dan segera ia berlari ke arah kedua orangtuanya.
Adya memeluk Rakha sebentar dan tersenyum, lalu saat menatap sekilas Dilan membuatnya memalingkan wajah lagi.
" Mama kenapa? " Rakha menyadari bahwa perempuan itu sedang marah.
" Mama lagi ngambek sama Papa. " Jawab Dilan.
Rakha menatap Dilan sekilas lalu kembali ke Adya. Menggandeng tangan perempuan itu dan mendekatkannya pada tangan Dilan.
Laki-laki itu sontak menatap pergerakan anaknya begitupun dengan Adya.
" Mama sama Papa jangan marahan ya. Nanti Inaka sama Akha sedih lho. " Ucap anak itu menatap bergantian Adya dan Dilan.
Adya terharu, begitupun dengan Dilan. Mereka tidak akan menumbuhkan sedikitpun benih kesedian dalam kehidupan anak-anaknya.
Adya tersenyum lalu menggenggam tangan Dilan. Dibalas erat juga oleh laki-laki itu.
" Mama nggak marah kok sayang." Ucap Adya menarik anaknya ke dalam pelukan.
Dilan tersenyum. Inilah semangatnya untuk menjalani hidup, dan akan ia pertahankan sekuat tenaga agar tetap utuh dan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broke Married | End
General Fiction[Belum di Revisi] Definisi cinta itu tidak harus memiliki. Faithfullness. Adakalanya yang kamu hendak, tuhan tidak mengijinkannya, mau bagaimanapun engkau dekap erat maka akan terurai dengan sendirinya.