[8] Appartement

13.3K 1.2K 64
                                    

"Rumahmu masih sama kan ?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Rumahmu masih sama kan ?"

Hinata menoleh dan mengangguk guna menjawab pertanyaan Toneri. Mereka masih diperjalanan pulang menuju rumah Hinata setelah Toneri menawarkan tumpangan tadi.

"Bagaimana kabar Bibi dan Paman ?"

Hinata ingat orangtua Toneri yang sangat baik, sayang sekali mereka sering tak berada dirumah karena perjalanan bisnis membuat sosok Toneri yang sering ditinggal menjadi lebih dekat dengan Hinata.

"Baik, sangat baik. Oh ya bagaimana dengan Kak Neji ? Aku bertaruh dia semakin menyeramkan.."

Hinata langsung mengalihkan pandang menatap keluar jendela dalam diam. Hatinya berdenyut sakit mengingat kembali tentang Neji.

"Dia pergi"

Gumaman Hinata membuat Toneri menoleh dan mengernyit menatap Hinata aneh.

"Pergi ? Kemana ? Melakukan perjalanan bisnis lagi ?"

Hinata menahan air mata yang hendak keluar. Tidak, dia tidak boleh menangis. Hinata tak pernah suka menangis didepan orang lain.

"Menyusul ayah dan ibu"

Seketika Toneri langsung menoleh dan menatap Hinata tertegun. IQ nya yang memang cukup tinggi itu membuat Toneri dapat dengan cepat memahami maksud Hinata.

Dia menghadap kembali ke arah depan, menatap jalanan dalam diam. Terus melajukan mobilnya membelah jalanan kota

"Kapan ?"

Suasana di mobil itu terasa sangat berubah, mencengkam dan canggung.

"Dua minggu lalu"

Ah, baru beberapa hari ini ya. Toneri tersenyum tipis dan mengangguk.

"Kenapa ?"

Sekuat tenaga Hinata berusaha menahan air mata yang hendak merembes dan suaranya yabg terasa tercekat ditenggorokan.

"Kecelakaan"

Toneri bisa merasakan kesedihan pada nada bicara Hinata walau gadis itu berusaha mengeluarkan suara yang terdengar baik-baik saja.

"Dia masih ceroboh ternyata"

Toneri ingat dari dulu Neji memang suka mengalami insiden saat mengendarai mobil. Entah menabrak pot bunga, entah menabrak pembatas jalan atau tak sengaja menginjak pedal gas. Beruntung lelaki itu tak mendapat luka yang parah.

"Tidak"

Selaan Hinata dengan suara bergetar itu membuat Toneri menoleh menatap wanita itu.

"Itu bukan salahnya, itu salah Haruno sialan. Dia yang membuat Kak Neji mengalami kecelakaan"

Hinata menatap Toneri dengan tajam, mata wanita itu memerah dan berkaca-kaca. Nafasnya terlihat sedikit terengah-engah.

"Kak Neji masih akan ada bersamaku andai Haruno sialan itu tidak ceroboh dan menyebabkan kecelakaan beruntun yang menewaskan kakak. Andai dia tidak mengangkat telephone dari Uchiha dan tak mengabaikan kemudi--"

[M] Beautiful Revenge ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang