Chapter 2

1.4K 171 44
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dalam sebuah perasaan memang sudah seharusnya siap dengan merelakan.

—BATAS FRIENDZONE—

Aurora mengelap mobilnya dengan kanebo, sesekali membilas dan memeras kanebo itu kuat-kuat. Membayangkan kanebo itu sebagai Kenan yang ingin dia pukul habis-habisan.

Berkat perkataan Kenan tadi mampu membuat Aurora jadi kembali kepikiran dengan Alkan. Sudah hampir 5 tahun cowok itu pergi tanpa alasan. Aurora ingin menunggu, namun dia belum siap jika suatu saat nanti Alkan datang bersama seseorang wanita lain, seperti apa yang Kenan ucapkan tadi.

"Kakak, nyuci mobilnya cemberut aja. Kenapa si?" Resi yang datang membawa secangkir teh hangat untuk putri pertamanya itu terkekeh kala melihat perubahan sikap dari anaknya.

Padahal tadi anaknya itu menikmati mencuci mobilnya sambil bernyanyi.

"Gapapa Bun, cuma kesel aja sama Kenan." Aurora meletakan kanebo pada tempatnya, lantas menaruh benda kuning itu di kursi penumpang.

Langkahnya menghampiri Resi yang duduk di teras, sambil menikmati biskuit dan teh hangat.

Rutinitas pagi yang selalu Aurora lakukan jika Sang ayah sudah berangkat kerja dan Latifa sudah berangkat ke sekolah.

"Kenapa sama Kenan?"

Aurora mencelupkan biskuitnya ke dalam teh, "Masa dia bilang, awas nanti Alkan datang sama perempuan yang jauh lebih cantik dan bahenol. Kan gak banget."

Resi terkekeh geli, "Kenan gak salah kok, dia cuma mengingatkan kamu untuk tidak terlalu berharap lebih sama kembalinya Alkan."

"Ah bunda sama aja. Kalian tuh ga ngerti."

"Bagian mana yang bunda ga ngerti? Bunda ngerti kalo kamu sayang sama Alkan, bunda juga ngerti kalo kamu mencintai Alkan. Cuma disaat jatuh cinta, hati dan logika harus bisa berjalan bersama."

"Ya masalahnya Aurora gamau berpikir sama logika Aurora, itu cuma bikin Aurora jadi makin negatif thinking."

Resi mengelus punggung tangan putrinya dengan seulas senyum, "Di biasain ya Kak, biar kalau misalnya kejadian kamu gak kaya orang gila yang nangis semaleman sampe mogok makan."

Aurora mencibir, jika tidak ingat didepanya ini adalah sang bunda sudah dari tadi Aurora meninggalkan bundanya itu, bukannya tidak mau melupakan Alkan begitu saja, hanya Aurora masih belum rela untuk bisa melepas kepergian lelaki itu dalam hidupnya, setahun dia berusaha untuk meluluhkan hati cowok itu bahkan sampai di katai murahan oleh teman-temannya di sekolah, mana mungkin dia bisa secepat itu melepaskan lelaki yang sudah dia dambakan itu.

"Bunda tahu kan berapa lama Aurora nunggu Alkan?" Tatapan perempuan itu seolah-olah mengatakan bahwa dia tak akan pernah menyerah dan akan terus bersikukuh dengan pendiriannya.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang