Chapter 28

889 114 17
                                    

"Datangnya terlambat, hatinya sudah terlanjur karat, jangan tahan dia lagi, karena mungkin saja dia sudah tidak kuat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Datangnya terlambat, hatinya sudah terlanjur karat, jangan tahan dia lagi, karena mungkin saja dia sudah tidak kuat."

****

Kenan tidak pernah menyangka jika pada akhirnya dia harus menunjukkan kemarahannya karena merasa cemburu, Kenan kira dia bisa menahannya seperti dulu, menahan diri untuk tidak egois kepada perempuannya, menahan diri agar tidak membuat Aurora bimbang dan tetap membuat perempuan itu bahagia dengan pilihannya. Kenan kira dia bisa menahan semua rasanya sendirian, menahan sakitnya dalam diam. Namun ternyata dia tidak bisa.

Hatinya benar-benar tergores, merasa penantiannya sudah tidak berarti apapun lagi, lantas jika semua sudah terlihat menjadi tak berarti haruskan dia beranjak pergi?

Sudah cukup kan perjuangannya? Kenan merasa cukup, cukup dia berada di tengah keduanya, cukup dia berada sebagai penengah dan juga cukup dia berada sebagai tempat singgah yang tak pernah terlihat kesungguhannya.

Malam ini, Kenan termenung sendirian dirooftof sekolahan, jika dulu dia selalu ingin mengajak Aurora menikmati pemandangan ini, mungkin sekarang Kenan akan berusaha untuk tidak lagi berkaitan dengan perempuan itu. Apapun. Mungkin jika suatu saat nanti Aurora memutuskan untuk kembali melayangkan pisah darinya, Kenan tidak akan segan-segan untuk menolaknya dan tak akan lagi bersusah payah untuk menahannya.

Kenan tahu perjuangannya sudah usai, sejauh apapun dia bertindak jika masa lalunya masih belum bisa dia lepaskan, Kenan tak akan pernah bisa memenangkan persaingan ini.

"Nan."

Disana ada Rama, lelaki itu baru saja sampai, berniat untuk menjemput Elena, namun saat dia turun dari mobilnya setelah menyelesaikan parkir, Rama melihat seseorang yang dari postur tubuhnya saja dia sudah bisa mengenali.

Kenan turun dari tembok pembatas, menghela napasnya dalam-dalam sebelum akhirnya dia kembali menatap langit malam dan bersandar pada tembok pembatas sepinggang itu.

"Ngapain lu disini, udah kek remaja patah hati ditolak cinta galau disini."

"Emang."

Rama terdiam, salah. Harusnya dia tidak bercanda seperti itu. Walaupun biasanya Kenan akan menanggapinya dengan santai tapi kali ini situasinya benar-benar sedang serius sepertinya.

"Jemput Elena?" tanya Kenan, berusaha untuk mencairkan kecanggungan yang Rama ciptakan.

"Iya, tapi masih beres-beres, gue mau ngerokok dan ada Lo ternyara."

Rama menyalakan rokoknya dengan pemantik api, sesekali dia menawarkan pada Kenan namun Kenan menolaknya, karena dia memang menahan diri untuk tidak merokok dengan alasan, asap rokok tidak baik untuk perempuannya, alias Aurora yang sekarang jadi istrinya.

"Malam ini gue mau tugas, titip Aurora ya."

"Malam ini banget?"

Kenan hanya mengangguk, sebenernya masih ada waktu seminggu lagi, namun sepertinya ada baiknya dia mempercepat pekerjaannya, supaya waktunya tidak terbuang memikirkan hal yang membuatnya sakit hati.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang