Chapter 27

842 101 13
                                    

Ada yang patah tapi bukan kayu

****

Aurora menegang, ditengah temaram lampu kemuning diatas nakas, kedua matanya melotot menatap langit-langit kamarnya dengan napas yang berdegup dua kali lebih cepat.

Dia bangkit, sunyi.

Menatap disebelahnya, ada Kenan yang tengah terlelap, laki-laki itu memunggungi dirinya, wajahnya terlihat damai dan tenang. Apa ini? Bukankah tadi dia melihat Kenan kecelakaan?

Lantas dia meraih ponselnya, mengecek jam dan tanggal hari ini. Masih sama seperti saat itu, apakah itu hanya mimpi?

Aurora mengusap wajahnya gusar, dia benar-benar takut jika kecelakaan itu benar terjadi pada Kenan.

Perempuan itu meletakan ponselnya kembali, lantas dia kembali menyelimuti dirinya, dia merapatkan tubuhnya, memeluk Kenan dengan begitu eratt. Seolah dalam pelukannya itu menyiratkan bahwa Aurora tidak ingin kehilangan lelaki ini.

Namun saat kedua matanya ingin menutup, dia tersentak, saat Kenan menepis pelan tangannya yang melingkar di pinggang lelaki itu. Kenan berbalik, dengan mata yang masih terpejam dia memposisikan tubuh miringnya jadi berhadapan dengan Aurora. Hal itu mampu membuat Aurora sedikit terusik, selama ini Kenan tak pernah menolak pelukannya bahkan sampai menepisnya seperti tadi, walau pelan tapi tetap saja ini aneh baginya.

Tak ingin memperpanjang, akhirnya Aurora yang mengalah, dia memeluk guling dengan erat, menutupi wajahnya yang sebelumnya terlibat ketakutan.

Selang beberapa detik Aurora kembali dibuat menegang, saat tangan besar Kenan menarik tubuhnya, bahkan dia meremas bokongnya pelan, mengikis jarak diantara keduanya, dia melempar guling yang semula Aurora peluk dengan erat. Aurora hanya bisa terdiam, kontak fisik ini terlalu ekstrem buat dirinya. Dengan perasaan gelisah dan ketakutan Aurora memandangi wajah Kenan dalam-dalam, mencoba mencari makna tersirat yang selama ini laki-laki itu sembunyikan, mencari cinta yang selama ini tak bisa dia rasakan. Bersama dengan pikiran menenangkan lelapnya mulai terealisasikan.

Dalam sebuah pelukan, keduanya terlelap, melebur membentuk sebuah kenangan.

****

Aurora terbangun saat mendengar suara air kran dikamar mandi, sepertinya Kenan sedang mandi, dia berulang kali menyadarkan diri, bahwa kecelakaan itu hanyalah ilusi dan sebuah mimpi. Buktinya Kenan masih ada disini, disampingnya, bersama dirinya.

Suara kran air berhenti, entah kenapa rasanya Aurora seperti canggung apalagi jika mengingat kejadian semalam saat Kenan meremas bokongnya tanpa aba-aba, dia kembali memejamkan matanya saat pintu kamar mandi terbuka.

Hari ini Kenan melakukan hal yang sama, saat Aurora terbangun semua sudah tersedia, sarapan, isi kulkas, cemilan bahkan beberapa batang coklat yang selalu dia makan akhir-akhir ini karena terlalu stress belajar untuk masuk kuliah pun tersedia. Kenan benar-benar memastikan istrinya tidak kesulitan walaupun mereka sedang tidak bersama.

Karena pagi ini hujan, Aurora juga tidak ada jadwal kemana-mana jadilah dia memakan semua masakan Kenan dengan lahap. Jika dipikir-pikir mungkin Aurora adalah salah satu perempuan yang beruntung karena memiliki Kenan di sepanjang hidupnya, selama ini hampir semua pertumbuhan serta perubahannya Kenan menyaksikannya. Mulai dari tawa, sedih, marah, kecewa, sakit hati bahkan sampai patah hati sekalipun hanya Kenan yang ada di sampingnya. Kenan benar-benar menjaga perempuan itu dengan baik. Namun sayangnya Aurora tidak bisa merasakan itu, dia terlalu sibuk menggapai kemungkinan yang dia ciptakan untuk Alkan. Sejak awal Aurora hanya ingin Alkan tidak yang lain. Seolah dunia akan hancur jika dia tidak bersama lelaki itu.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang