Chapter 6

952 110 5
                                    

Pada akhirnya kau memilih menyerah, dibawah langit kelabu aku tetap menunggumu, tak bisa kah kau merubah keputusanmu?
Keputusan tentang mengapa kamu memilih berlalu
Karena aku mungkin tak akan bisa menghapus jejak mu

****

Jika titik besar mencintai adalah merelakan, setidaknya tidak untuk sekarang, Kenan sudah berusaha mati-matian untuk merelakan Aurora bahagia bersama piihannya, Kenan juga berusaha untuk tak lagi menuntut perasannya, bahkan Kenan terima jika Aurora hanya bisa menerima pertemanannya tanpa memberi kasih apapun.

Kenan lakukan itu agar perempuan yang selalu dia jaga itu berhasil bahagia, namun realita menghampas semua bahagia, dia renggut kembali cintanya, dia tebarkan seluruh duka dalam dunianya.

Kenan hancur, hatinya tersiksa melihat perempuannya meraung kesakitan hanya karena keputusan yang dipaksa bahwa perempuan itu harus melupakan bahagianya dan mencari bahagia baru.

Tiga jam sudah berlalu, namun bahu tegapnya masih sedia menampung sendu, lidahnya seolah kelu, tak berniat sedikitpun untuk berlalu.

Kenan menjadikan bahunya sebagai sandaran untuk kepala Aurora, perempuan itu masih terus terisak sejak tadi, apalagi mendengar perkataan final sang Ayah yang ingin menjodohkan Aurora dengan Kenan.

Kenan sendiri tak tahu harus menolak atau tidak. Jika dia menolak itu artinya dia akan mengecewakan harapan Mario dan papanya, tapi kalau dia menerima itu tandanya dia sama saja membuat Aurora terpaksa untuk menikahinya. Walaupun jauh dilubuk hatinya Kenan merasa sangat senang jika akhirnyaaa bisa menikahi sahabatnya itu, tapi tetap saja perasaan Aurora sekarang jauh lebih penting demi kebahagiaan perempuan itu.

Ditengah sunyinya ruangan keluarga itu, Aurora berdalih, "Ayo kita nikah Nan." Kenan melotot, ia lantas menatap Aurora yang masih menyandarkan kepala dibahunya.

"Lo yang bener Ra. Gue bakalan bilang sama Papa kalau Lo gak mau. Jangan dipaksa begitu."

Aurora bangkit, ia menghela napasnya berat. Lantas dia menatap Kenan dengan tatapan serius. Membuat jantung Kenan seketika berdetak lebih cepat, tak biasanya Aurora menatap dirinya seintens ini.

"Aishhh ..." Kenan panik saat Aurora kembali menjerit sambil menutup wajahnya.

"Eh Kenapa?" Kenan mengusap lembut kedua pipi Aurora yang basah, dia benar-benar kalau Aurora akan terus merasakan kesedihan.

Melihat tak ada jawaban apapun, Kenan memeluk Aurora seraya menenangkan, dia mengelus punggung Aurora agar perempuan itu berhenti menangis.

"Udah nangisnyaa, Udah mau tiga jam Lo nangis, matanya Lo udh bengkak banget. Diem ya. Lo minta apa deh biar bisa balikin mood Lo hmm?"

Aurora memukul dada Kenan pelan, tangisnya terhenti seketika walau masih ada jejak air mata tapi Aurora tidak peduli, "Kenapa bukan Lo yang gue suka Nan. Lo temen gue dari orok. Setiap hari selalu bareng sama gue. Tapi kenapa gue malah jatuh cinta sama orang yang gak gue kenal sama sekali kaya Alkan. Kenapa bukan Lo. Yang selama ini selalu nemenin gue."

Ada hangat yang menjalar dalam aliran darahnya, setidaknya dalam harapan yang tak bisa terwujud, Aurora lebih memilih dirinya untuk bisa di jadikan pelabuhan kisahnya.

Terasa lucu saat sang tuan justru malah bertanya padanya tentang mengapa ia tak bisa jatuh cinta pada sosok yang begitu mencintainya. Kenan harus jawab apa, karena pertanyaan itu juga selama ini selalu muncul dalam benaknya.

Namun cinta tetap cinta, datangnya tak bisa direncanakan, hadirnya tak bisa di tujukan, Bahkan diluar sana masih banyak orang yang belum pernah ketemu tapi sudah nyaman duluan. Sudah jatuh cinta duluan. Wajar bukan, karena perasaan bukan sesuatu yang bisa dikendalikan kehadirannya.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang