Chapter 12

707 90 2
                                    

-diantara kedua tuan, siapakah yang mampu bertahan?

****

Sepertinya niat untuk melupakan Alkan harus kembali terkubur dalam-dalam, pasalnya malam ini, saat Aurora baru saja hendak memejamkan matanya. Ponselnya berdering nyaring. Menampilkan pesan yang baru saja masuk dari Seseorang yang sangat ingin dia caci maki dan dia benci.

Alkan

Aku di Jakarta Ra

Jantung Aurora bergedup dua kali lebih cepat, matanya melotot sampai membuat tubuhnya bangkit dan mengucek kedua matanya. Berharap pesan itu hanya ilusi yang mengganggu pikirannya.

Namun ternyata itu benar adanya, pesan itu benar benar nyata ada didalam ponselnya. Seketika dia berdecak sebal

"Ck! Kenapa baru ngabarin? Padahal ayah ngeliat dia udah dari sebulan yang lalu." Aurora tidak menggubris pesan cowok itu. Tidak, dia sudah berjanji akan melupakan Alkan dan berusaha membuka hatinya untuk Kenan. Tinggal seminggu lagi maka dia akan resmi menjadi pasangan suami istri dengan Kenan.

Memilih untuk mengabaikan dia kembali merebahkan tubuhnya untuk tidur, selang beberapa detik ponselnya berdering nyaring.

Alkan menelfonnya.

Cukup lama dia menimbang, untuk mengangkat atau tidak. Namun jika mengangkat, hatinya belum siap untuk kembali mendengar suara cowok itu, hatinya bimbang, saat tengah bertarung dengan hati dan logikanya tiba-tiba pintu kamarnya diketuk pelan.

"Kak?"

Aurora menoleh, dengan cepat dia mematikan ponselnya agar Alkan tidak lagi menelfonnya, bisa bahaya kalau sampai ketahuan sang ayah.

"Masuk aja yah, gak dikunci."

Aurora tersenyum saat wajah Mario muncul dibalik pintu.

"Belum tidur?" tanya Mario kepada Aurora. Pria paruh baya itu duduk di tepi ranjang dengan senyumnya yang merekah lebar.

Aurora menggelengkan kepalanya sambil terkekeh, "Belum yah, kenapa?"

Mario mengelus puncak kepala putrinya dengan lembut, "Gimana tadi fitting bajunya? Lancar?"

Aurora menghela napasnya panjang, senyumnya juga terulas begitu lebar.

"Lumayan," katanya singkat.

"Lumayan apa? Capek? Seneng? Atau malah bete?" Mario tahu betul tabiat anaknya, dia paling malas melakukan hal yang tidak diminati sama sekali, termasuk fitting baju pengantin ini.

Aurora kembali mengingat kejadian sore tadi, saat Kenan memperlakukannya bak seorang putri, wallaupun itu sudah tidak asing lagi baginya namun baru hari ini Aurora melihat Kenan sebagai sosok lelaki, pria yang pantas untuk dicintai. Bukan sebatas sahabat ataupun teman masa kecilnya.

Mario mencolek dagu Aurora, saat melihat anaknya tak menggubris pertanyaan malah terlihat asik dengan lamunannya sambil tersenyum pula.

"Ayahh, kenapa si ayah pengen banget Aku nikah sama Kenan?"

Mario menyelipkan anak rambut Aurora kebelakang telinga, sambil sesekali dia mengusap kepala anaknya itu, "Kamu masih tanya? gabisa simpulin sendiri?" tanya Mario

"Cuma mau denger aja versi ayah gimana," ucap Aurora, perempuan itu bersandar dibahu sang ayah dengan manja.

Mario mengelus pipi Aurora dengan lembut, "Suatu saat kamu pasti tahu. Nanti biar Kenan yang ceritain semuanya sama kamu."

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang