Chapter 16

674 98 4
                                    

Niat hati tidak ingin lagi memperjuangan kisah cintanya dengan Aurora, namun Danu bersikeras untuk tetap melaksanakannya pernikahan ini dengan penuh semangat. Tidak tanggung-tanggung, tamu undangan yang mereka undang pun melebihi ekspektasi Kenan sebelumnya. Tidak hanya rekannya yang di Jakarta, bahkan Danu rela membiayai semua keluarganya yang tinggal di luar negri pun untuk datang khusus untuk pernikahannya.

Baik Kenan ataupun Aurora tidak ada yang menolak, mereka berdua sama-sama menyetujui perjodohan ini sesuai dengan kontrak dan perjanjian mereka di awal.

Kini, tinggallah Kenan yang merasa bingung Sendiri dengan keadaan yang harus dia hadapi setelah keluar dari kamar mandinya.

Kenan menatap cincin yang tersemat manis di jarinya, hatinya menghangat dan senang karena Aurora sudah sepenuhnya menjadi milikinya, namun apakah perempuan juga merasakan hal yang sama? Tidak, pasti tidak. Kenan sudah bisa menebak hubungan pernikahannya akan seperti apa.

Tok ... Tok

"Nan, udah belum? Gue mau mandi juga nih." Kenan menoleh, menatap pintu kamar mandi yang tertutup dari dalam.

Helaan napasnya berhasil lolos dengan berat, "Iya, ini udah kok. Tunggu sebentar."

Kenan meraih anduknya untuk melilit tubuhnya yang polos, dia kelupaan membawa baju karena terlalu terbiasa dengan mengganti baju didalam kamar.

Ceklek

Kenan membuka pintu, menunjukan Aurora yang tengah tersenyum manis padanya.

"Abis pake baju langsung ke bawah di suruh bunda." Kenan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, cowok itu salah tingkah sendiri.

Kenan mengangguk pelan sebelum akhirnya dia membiarkan Aurora masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Begitupun Aurora, setiap hari bersama Kenan tidak menutup kemungkinan kegugupannya tidak menyerang. Justru malah semakin besar dan kuat. Dia sampai bingung mau bicara apa. Apalagi saat Aurora melihat tubuh bagian atas Kenan yang polos tanpa pakaian, belum lagi perut cowok itu yang nampak menggugah imannya. Biasanya Aurora hanya bisa merasakannya dibalik kaos yang Kenan kenakan. Tapi sekarang, dengan gamblang Kenan menunjukannya tepat didepan kedua matanya.

"Oh iya, Nan." Aurora menggantung kalimatnya, kedua tangannya dia tautkan seraya dengan tatapannya yang menunduk.

"Kenapa?" tanya Kenan tanpa menoleh, tangannya masih sibuk memilih baju yang ada di lemarinya.

"Soal yang kemarin, gue—"

"Gausah di bahas sekarang ya, mending Lo mandi buruan, abis itu kita makan malam. Lo udah telat sejam buat makan  soalnya." Kenan berujar seraya memakai kaos oblong berwarna hitam di tubuhnya. Aurora mengangkat wajahnya, lihat lah, pria yang sudah dia sakiti hatinya, pria yang sudah dia sia-siakan perasaannya, pria yang sempat dia buat menangis, kini tak membencinya. Justru malah semakin mempedulikannya. Bukankah harusnya Aurora mengert, dan bisa menerima Kenan di dalam hidupnya?

Kenan memajukan tubuhnya, tangannya yang bebas dia julurkan untuk bisa mengelus puncak kepala istrinya itu. Senyumnya kembali merekah.

"Sana mandi, jangan lama-lama mandinya," ujar Kenan kepada Aurora.

Cowok itu mengecup puncak kepala Aurora dengan lembut. Membuat Aurora lagi-lagi menatap pria didepannya ini dengan tatapan bersalah.

Aurora menganggukan kepalanya, sementara Kenan langsung pergi keluar kamar untuk menemui kedua orangtuanya dan juga mertuanya.

Suara tawa mereka terdengar saat Kenan masih menutup pintu kamarnya yang terletak di lantai dua.

Danu dan Mario kontan tersenyum saat melihat Kenan yang sudah berganti pakaian berjalan santai ke arahnya.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang