Chapter 14

833 92 4
                                    

-sudah diberi kesempatan tolong jangan sia-siakan

****

Aurora membuka matanya perlahan, pertama yang dia lihat adalah langit kamar berwarna putih yang nampak asing, juga tangan kekar yang melingkar di pinggangnya.

Seketika matanya membulat, perempuan itu bangkit dan langsung mencari keberadaan ponselnya.

"Hah, udah ganti hari? Jam 12 siang? Mampus gue, pasti ayah sama Kenan nyariin."

Namun saat Aurora ingin bangkit dari tempat tidur, Alkan menahannya. Tangan cowok itu mengeratkan pelukannya dipinggang Aurora, mengunci tubuh Aurora agar tidak bisa bangkit dari tempatnya. Aurora tidak ingat pasti, tapi seingatnya dia mengantuk saat baru selesai makan malam, dan dia ingat dia dan Alkan hanya tidur dalam satu ranjang tidak lebih.

"Mau kemana?"

Aurora mengurungkan niatnya untuk mengabari Orangtuanya. Tatapan perempuan itu beralih menatap Alkan yang masih memejamkan matanya.

Tangannya membelai lembut surai cowok itu sampai membuat cowok itu tersenyum Lebar, Aurora tidak tahu bagaimana caranya melepas cowok ini dalam hidupnya. Namun jika tidak melepaskan, dia pasti akan menyakiti hati Kenan, mengingat pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari.

"Al aku gatau harus kaya gimana ke kamu, aku seneng kamu kembali, tapi aku juga bingung harus gimana, sebentar lagi aku bakalan nikah aku gamau-"

Alkan meletakan jari telunjuknya di depan bibir Aurora membuat perempuan itu langsung terdiam.

"Aku gamau bahas ini."

"Tapi aku harus bahas ini. Aku ketemu kamu buat menyelesaikan semua hal yang belum sempat terselesaikan, bukan buat balik sama kamu." Perkataan Aurora itu mampu membuat mata Alkan terbuka.

Cowok itu lantas memijit pelipisnya pelan. "Kamu yang bilang kalau kamu ngasih aku kesempatan lagi kemarin, tapi sekarang? Secepat itu kamu ngelupain ucapan kamu?"

"Aku bakalan kasih kalo kamu mau ngejelasin semuanya. Tentang siapa perempuan yang berduaan sama kamu di hotel, kenapa kamu pergi tanpa pamit sama aku gitu aja, dan kenapa kamu baru menghubungi aku padahal kamu udah di Jakarta dari satu bulan yang lalu. Bisa?"

Alkan bungkam, dia tidak tahu jika Aurora mengetahui tentang pertemuannya dengan perempuan di sebuah hotel.

Alkan bangkit, tatapannya nampak sangat putus asa, kedua tangannya menggenggam lengan Aurora kuat-kuat.

"Aku bakalan jelasin semuanya tapi gak sekarang Ra."

"Bullshit." Potong Aurora segera. Aurora sudah tidak ingin lagi mendengar pembelaan yang cowok itu ucapkan. Aurora hanya butuh penjelasan tentang semuanya. Tentang semua luka yang cowok itu berikan.

"Aku cinta sama kamu. Tapi kamu lupa selain punya hati aku juga punya otak."

"Bertahun-tahun aku ngejar kamu, nungguin kamu, percaya kalo kamu gak akan pernah ngelakuin apa yang kamu benci selama ini. Percaya kalau kamu gak akan memiliki sifat yang di miliki papa kamu dulu. Tapi sekarang apa?" Aurora menatap Alkan dengan tatapan kecewa, sorot mata itu benar-benar Aurora tunjukkan kepada cowok yang selama ini dia puja. Cowok yang selama ini dia percaya kalau cowok itu tak akan pernah berubah menjadi cowok brengsek yang bisa membuatnya membenci cowok itu.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang