Chapter 4

1K 131 10
                                    

—Datangnya hujan itu untuk dinikmati bukan di hakimi—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Datangnya hujan itu untuk dinikmati bukan di hakimi—

****

Ada satu hal yang membuat Kenan membenci hujan, karena setiap kali air itu turun semesta seolah menyiram seluruh lukanya yang masih terbuka lebar.

Pertama, dulu saat hujan turun Kenan melihat dengan kedua matanya sang mama tertabrak mobil hingga terpental 2 meter demi menyelamatkannya, kepala sang mama bersimbah darah, tak ada yang membantu, hal itu pula yang kemudia menjadikan tekadnya semakin kuat untuk menjadi seorang dokter. Kenan ingin dia bisa menjadi seseorang yang hadir pertama disaat kemalangan terjadi.

Kedua, saat SMA dulu saat Aurora masih berusaha untuk mengejar cintanya Alkan dan tak berhenti untuk terus mendekati pria itu. Saat itu Kenan melihat Aurora terdiam di tengah lapangan bersama Alkan yang ternyata lebih memilih Sera, sang mantan kekasihnya di banding Aurora. Kenan sendiri tidak mengerti bagaimana jalan pikiran sahabatnya itu, Kenan senang Aurora memiliki semangat juang yang tinggi namun bukan untuk masalah ini.

Dia dengan perasaan yang begitu bergemuruh menahan semua amarah berlari menghampiri Aurora di tengah lapangan.

Sama seperti sekarang, Kenan berlari kencang menyusuri lorong rumah sakit yang sudah sepi, jantungnya berdegup dua kali lebih cepat saat dia mendapat kabar bahwa Aurora kecelakaan.

"Dimana Aurora?" Dengan napas yang masih tersengal Kenan mengguncang bahu salah satu perawat, dengan raut wajah yang sangat panik, tatapan matanya menyisir seluruh ruangan. Mencoba mencari keberadaan Aurora yang katanya dilarikan kerumah sakit ini.

"Korban yang baru aja dibawa kesini sekitar beberapa menit yang lalu." Melihat respon perawat yang kebingungan membuat Kenan semakin frustasi. Tak lama perawat itu pun mengarahkan Kenan menuju ranjang yang Aurora tempati.

"Ini bukan pak?" Kenan langsung memeluk Aurora yang sedang diobati lukanya. Perempuan itu terlihat sangat kesakitan dan ketakutan.

"Kenan." Panggil Aurora dengan suara yang sangat pelan.

"Lo gapapa? Kenapa bisa sampe kaya gini?" Kenan melepas pelukannya dan melihat sekujur tubuh Aurora. Meraba bahu, wajah hingga kaki perempuan itu, memastikan apakah ada yang terluka parah atau tidak. Aurora yang melihat raut ke khawatiran Kenan pun menahan lengan Kenan untuk menghentikan tingkahnya yang mengacau tubuhnya.

"Gue baik-baik aja. Cuma luka lecet dikit."

Kenan melihat luka di lutut Aurora, helaan napas lega lolos dari hidung Kenan, cowok itu lantas kembali memeluk Aurora dengan erat.

"Maaf, gue kelamaan bikin Lo nunggu sampe kaya gini."

Aurora mengangguk, ia juga tidak bisa menyalahkan Kenan yang terlambat menjemputnya karena cowok itu juga terlibat kecelakaan tadi.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang