Chapter 15

806 103 8
                                    

Jangan lupa vote, komentar dan follow akun wattpad Den ya sayangku

****

Sejauh apapun aku berusaha, jika kamu tidak memberi aku celah semua akan terasa sia-sia

*****

"Mau kemana?" Suara bariton yang terdengar dari ruang tamu mampu membuat Aurora menghentikan langkahnya. Sejak tidak ada kabar dua hari lalu dan tidak menjelaskan kemana perginya perempuan itu, Mario mengekang kebebasan perempuan itu dalam kesehariannya. Bahkan Mario rela mengantar jemput putrinya itu untuk pergi bekerja. Mario pun tak segan-segan melarang Aurora pulang kerumahnya yang dia beli dengan hasil jerih payahnya.

"Mau keluar sebentar." Aurora kira Ayahnya itu tidak ada dirumah. Karena mobilnya tidak ada. Namun ternyata, ayahnya sedang duduk manis di ruang tamu lengkap dengan laptop dan secangkir kopi diatas meja.

"Ayah antar." Mario menyeruput kopinya sebelum akhirnya dia mematikan laptopnya dan meraih kunci motornya diatas meja.

Aurora berdecak sebal, wajahnya menekuk tidak suka. "Yah, Kakak bisa sendiri."

"Ayah anterin atau gausah pergi sekalian," ujar Mario final.

Bahu Aurora melemas seketika, perempuan itu mencibir tak suka. "Yaudah gak jadi." Perempuan itu mengeratkan pegangannya pada tali tas yang dia kenakan, tanpa ingin berurusan lagi dengan sang ayah, Aurora memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya.

Aurora berpikir sejenak, mencari cara untuk keluar tanpa sepengetahuan sang ayah.

Aurora memiliki janji dengan Alkan, sebenarnya ia ingin sekali mengatakan kepada ayahnya untuk menunda pernikahannya. Bagaimanapun alasan pernikahan ini kan karena Alkan ketahuan selingkuh, namun sekarang pria itu sudah kembali, sudah menjelaskan kepadanya bahwa perempuan itu saudaranya yang memang sedang berada di Jakarta, dan Alkan hanya menjemput karena ada acara keluarga mereka waktu itu.

Aurora tidak ingin membebani Kenan juga, biar bagaimanapun Kenan berhak bahagia, namun kadang Aurora tidak sadar bahwa kebahagiaan yang cowok itu tunggu adalah dirinya.

Aurora merebahkan tubuhnya, kedua matanya menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Berpikir kembali apakah dia harus meneruskam pernikahannya dengan Kenan atau menundanya sampai Alkan benar-benar bisa menerima kesempatan yang dia miliki.

Tok ... Tok

Mata Aurora membulat, tubuhnya kontan langsung bangkit dari tidurnya.

Pintu terbuka, menampilkan sosok Kenan dengan raut wajah yang nampak tidak biasa.

"Eh Lo, gue kirain ayah." Aurora kembali merebahkan tubuhnya. Namun kini kedua tangannya sibuk memainkan ponselnya.

"Lo gamau cerita apa-apa ke gue?" tanya Kenan kepada Aurora, cowok itu berusaha menahan sesak didadanya saat menatap kedua mata perempuan itu yang kini mengacuhkan kehadirannya.

"Cerita apa?"

Helaan napas berat berhasil lolos dari hidung cowok itu. Kenan berjalan ke arah sudut kamar perempuan itu, melihat beberapa bingkai foto yang terpajang jelas disana.

Senyumnya terbit kala Aurora memang masih memajang foto keduanya saat masih belia.

"Gue gaada artinya ya buat Lo Ra?" Kenan berujar lirih, dia tahu kemana Aurora menghilang dua hari lalu, Kenan tahu kalau perempuan itu bersama Alkan sepanjang waktu. Bahkan Kenan juga tahu tanda merah dileher jenjang perempuan itu yang sempat membuat dadanya sesak saat melihatnya.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang