Chapter 19

633 74 2
                                    

Sekali aja, panggil mas ya?

****

"AA YAAMPUN KAMU INI BENER-BENER YA."

Aurora terkekeh geli melihat Latifa yang sedang mengomeli Aa karena anaknya itu tak sengaja menendang bola dengan kencang sehingga mengenai tanaman milik sang bunda. Saat ini mereka tengah berkumpul bersama menikmati akhir pekan, acara rutinan yang selalu mereka lakukan, setidaknya dalam satu Minggu mereka harus meluangkan waktu sehari untuk berkumpul.

Bocah kecil itu hanya menunduk takut, jemarinya saling bertaut dan tak berani menatap sang mama.

"Kamu kan udah mama bilang jangan kenceng-kenceng main bolanya," tegur Latifa yang mencoba untuk merapikan tanah yang berserakan.

"Maaf mama, Aa ga sengaja."

"Yaudahlah biarin aja, toh cuma satu ini dia juga udah minta maaf."

Latifa menoleh, ia menatap sang kakak dengan garang, tangannya dia tepukan karena kotor tanah.

"Iya memang dia udah minta maaf, tapi dia juga harus di kasih tau biar jera, biar ga ngelakuin lagi."

Aurora mengelus punggung bocah berusia 7 tahun itu dengan iba, "Sabar ya Aa, mamamu emang tidak berperikeanakan. Ayo kita ke om Kenan aja beli es krim."

Aa menatap Aurora dengan tatapan yang sulit di artikan, sebelum akhirnya dia kembali menatap sang mama. "Mama, boleh?"

Latifa yang tidak tega dengan tatapan anaknya yang begitu memelas pun menghela napasnya dalam-dalam, "Minta maaf dulu sama nenek karena udah pecahin tanamannya. Baru pergi."

Senyum Aa kembali terbit, bahu bocah itu terlihat kembali terangkat saking senangnya.

"SIAP MAMA. MAKASIH MAMANYA AA YANG CANTIK JELITA." Aa mengecup kedua pipi Latifa berkali-kali sebelum akhirnya dia berlari kencang masuk ke dalam rumah untuk menemui sang nenek dan meminta maaf karena kesalahannya.

Aurora tergelak melihat ponakannya itu, sungguh menggemaskan, lantas dia kembali menatap tanaman di depannya. Tatapannya tertuju pada satu tanaman bunga matahari yang tumbuh begitu subur. Aurora ingat, tanaman itu Alkan bawa saat dia sakit dulu, alih-alih memilih untuk melihatnya Alkan justru malah memberikan tanaman itu, dengan harapan dirinya bisa terus bersinar, bahagia dan tetap menjadi Aurora yang periang.

Senyumnya seketika terbit, jika di pikiran Aurora tidak menyangka jika akhirnya dia akan berakhir pada pelukan sahabatnya sendiri. Padahal Aurora sudah mendambakan indahnya masa depan bersama Alkan, seseorang yang memang membuatnya merasa mendapat tempat pulang.

"Perlu gue buang ga tanamannya?" Latifa berujar keras setelah selesai membereskan pot yang pecah tadi membuat Aurora tersadar.

"Apaan? Bunga matahari itu? Enak aja Lo main buang-buang."

Latifa mencibir, "Move on kali, udah punya suami masih aja berharap sama cowok lain. Dosa Lo."

"Berisik deh, mentang-mentang udah bahagia sama cowok pilihannya gausah pamer."

Latifa terbahak mendengarnya, "Lagian, Alkan tuh cuma mampir, liat aja ga lama lagi dia bakalan pergi lagi ninggalin Lo. Udah bagus masih ada om Kenan yang mau nerima lu apa adanya, bersyukur itu penting."

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang