Dulu Aurora begitu menyukai hujan, baginya hujan benar-benar membuat pikirannya tenang, biasanya kalau lagi hujan-hujan dia menghabiskan waktunya di kamar ditemani dengan drakor ongoing yang sedang dia ikuti beserta cemilan yang selalu dia sediakan di kamarnya. Sungguh, masa-masa itu benar-benar membuat Aurora sedikit iri. Karena sekarang hidupnya tidak bisa berleha-leha lagi seperti dulu, selain karena jam kerjanya yang begitu padat, Aurora juga sudah tidak bisa lagi hanya diam termenung jika di rumah. Minimal satu proposal, atau laporan harus selesai untuk dia kumpulkan segera kepada atasannya itu.
Namun hujan kali ini, entah mengapa dia merasakan suasana yang begitu berbeda. Aurora tidak menyangka jika bersama Alkan bisa membuat hatinya menghangat layaknya berdiri di depan api unggun.
Seolah dia benar-benar melupakan bahwa pria yang sedang dia agungkan keberadaan itu dulu sempat membuatnya terpuruk karena pergi tanpa pamit dan meninggalkan dirinya begitu saja.
"Sebentar, jangan turun dulu." Alkan mengambil payung di dashboard mobilnya, dia keluar lebih dulu lalu memutar untuk menjemput Aurora agar perempuannya itu tidak kehujanan.
Keduanya baru saja sampai di salah satu restoran bersejarah untuk mereka. Salah satu tempat yang dulu selalu mereka datangi untuk setiap kesempatan.
Aurora senang, datang ke tempat ini bukan cuma mengingatkan dia dengan Alkan. Tapi juga dengan Alma. Sahabatnya yang kini sudah tak bisa lagi bersama dirinya karena sudah pergi lebih dulu menghadap Tuhan.
Andai Alma masih ada, Aurora pasti akan memeluk perempuan itu dan mengatakan kepada Alma betapa bahagianya dia hari ini.
"Ayo."
Aurora keluar dari mobil, mengikuti langkah Alkan yang disebelahnya sambil memegang payung untuk mereka berdua.
"Kenapa tiba-tiba hujan ya?" Aurora menepuk sedikit kemejanya yang basah, saat sudah sampai di dalam restoran.
Alkan meletakan payungnya di tempat khusus payung yang tersedia, lantas dia menggelengkan kepalanya sambil menyisir rambutnya dengan jari tangan.
"Ayo kesana." Alkan meraih tangan Aurora untuk dia gandeng, menyusuri restoran yang tidak terlalu ramai. Dia memilih menempati di meja paling ujung, dekat jendela.
"Martabak coklatnya satu ya mba," ujar Alkan, matanya masih terus menatap daftar menu yang ada di tangannya.
"Masih suka spaghetti?"tanya Alkan kepada Aurora, perempuan itu hanya mengangguk dengan senyuman. Ternyata Alkan masih mengingat makanan favoritnya.
Aurora benar-benar takjub dengan sosok Alkan yang dia kenal, tak banyak perubahan, hanya saja rahang cowok itu terlihat lebih tegas, wajahnya juga terlihat lebih tirus, namun tidak menghilang aura ketampanannya. Aurora benar-benar menikmati pandnagannya hari ini.
"Gimana sama Kenan?" Aurora mengerjapkan kedua matanya, tidak tahu harus mengatakan bagaimana kondisinya dengan Kenan sekarang.
"Aku denger kalian pindah rumah?" tanya Alkan lagi.
Aurora tersenyum getir, "Iya, kok tahu?"
"Apa yang ga aku tahu tentang kamu?"
Aurora menganggukan kepalanya, dalam hatinya dia mengutuk diri, "Iya, cuma aku yang gatau apa-apa tentang kamu."
"Maaf ya, gara-gara aku semuanya jadi lebih rumit."
Benar memang, namun Aurora tidak menyesalinya, "Gapapa, setidaknya aku punya kesempatan untuk memperbaiki kisah masa lalu kita, biar gaada penyelesaian, berhasil atau enggak itu urusan belakangan."
"Aku janji, gaakan pernah ninggalin kamu lagi."
Cup
Kecupan itu mendarat di punggung tangan Aurora, membuatnya tersipu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]
RomanceFOLLOW SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE KE SOSIAL MEDIA KAMU YA ♥️ UPDATE SETIAP HARI #Lovesweetseries #WattpadRomanceID (TAEIL + PIMTHA) **** Romance-Comedy (Rate 17+) -Terlalu banyak cara mencintai, sampai sulit membuat kita mem...