Chapter 21

520 76 5
                                    

Aurora meregangkan otot-otot yang seharian harus duduk didepan komputer mengerjakan laporan terakhir sebelum dia resign. Iya, seperti yang Kenan bilang kemarin. Keduanya sudah berdiskusi lama mengenai hal ini, mempertimbangkan keinginan Mario yang memang sangat menginginkan salah satu anaknya untuk bisa mewarisi firma hukum yang sudah dia bangun sejak 10 tahun belakangan.

Kalau menunggu Latifa, tidak akan mungkin akan segera terwujud, Latifa tidak sedikitpun memiliki ketertarikan di bidang hukum seperti sang ayah, jadi harapan satu-satunya ya hanya dia.

Tidak apa-apa, mungkin ini saatnya Aurora mengabdikan dirinya untuk kedua orang tuanya selagi mereka masih sehat dan masih bisa Aurora lihat senyumnya.

Aurora sudah membicarakan ini oleh atasannya, memang di sayangkan, namun apa boleh buat, Aurora boleh resign, dengan syarat pekerjaan yang dia kerjakan sebelumnya harus selesai dulu, bagaimanapun itu tugasnya bukan, dia tidak bisa resign begitu saja tanpa menyelesaikan apa yang sudah dia pegang.

"Ra, makan siang dulu ayo," ujar perempuan berkemeja pink yang bernama Laura.

Sementara Aurora hanya mampu tersenyum tipis, "Duluan deh, nanti nyusul."

"Ayo, makan dlu, kerjaan bisa nanti, kalo udah sakit kerjaan juga terbengkalai." Kali ini Fatma ikut bersuara, perempuan berhijab itu tengah mematikan komputer dan menatap Aurora dengan serius.

"Iya bener, ayo deh makan siang dulu."

Aurora menimang sebentar, tatapannya beralih dari layar didepan dengan kedua temannya, namum belum sempat memutuskan ponselnya berbunyi.

Alkan

Aku ada kirim makan siang, jangan lupa dimakan ya❤️

Aurora membulatkan kedua matanya, sontak kedua matanya mencari kekanan dan ke kiri.

"Kenapa?" tanya Laura

Aurora menggelengkan kepalanya dengan cengiran lebar, saat seorang kurir datang mendekati ruangan mereka.

"Permisi,"

"Atas nama mba Aurora?"

Ketiganya saling pandang, Aurora nyengir, "Hehehe udah ada yang kirimin," ujar Aurora, dia berlari kecil menghampiri sang kurir untuk mengambil makanannya.

"Jadi pengen nikah, biar ada yang kirimin makanan juga," kata Fatma sambil senyum-senyum sendiri.

"Emang udah ada jodohnya?" ledek Laura kepada Fatma, Aurora hanya terkekeh geli saja melihat kedua temannya itu.

"Makasih ya mas,"

"Oh iya mba, ini ada satu lagi."

"Apaan ini mas?"

"Gatau mba, pokoknya kata masnya disuruh sampein ke mba."

Aurora menerima satu kotak lagi, "Makasih ya mas."

"Kalo gitu saya pamit mba, terima kasih."

Aurora sudah mencium bau nasi Padang kesukaannya, seketika semangatnya kembali menggebu. Tidak bisa dipungkiri perhatian kecil seperti yang dulu selalu Alkan tunjukan memang begitu Aurora rindukan. Walaupun setiap harinya Aurora bisa mendapatkan perhatian yang jauh lebih besar dari Kenan tapi tetap saja, yang mencinta akan kalah dengan dia yang dicinta.

Jika Alkan yang memang lebih sering mengatakan "Jangan lupa makan, sudah makan atau belum." Maka Kenan akan lebih sering mengatakan "Ayo makan, mau makan apa?."

Tidak tahu apa yang lebih spesial dari seutas janji dan perhatian yang ditunjukan dari jauh, bukankah lebih menyenangkan jika mendapat perhatian yang bisa langsung dia dapatkan?

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang