Chapter 3

1K 146 11
                                    

Balik lagi sama Den di lapak prenjon ;)

Sebelumnya jangan lupa untuk komen dan vote yaaa

Vote gratis komen juga gratis jadi jangan pelit pelit yaa

SILENT READER MINGGAT AJA

SO ENJOYY

HAPPY READING ❤️❤️

****

Jangan sakit, jangan terluka Maaf membuatku takut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan sakit, jangan terluka
Maaf membuatku takut

****

Hujan deras di sertai angin dan petir yang menyambar mampu membuat Kenan terdiam untuk berpikir sejenak, tentang apakah yang baru saja dia tabrak, ataukan hanya sebatang kayu yang memang roboh karena angin yang kencang atau dia menambrak hewan atau lebih bahaya lagi jika dia menabrak seseorang. Buru-buru dia mencari payung di dalam dashboardnya, biasanya dia selalu meletakan payungnya di sana untuk persediaan. Namun saat mencari dia tak menemukan barang itu.

Dia terdiam sejenak, mencoba mengingat dimana payung itu dia letakan.

Semenit kemudian dia ingat, saat itu Aurora memakai payungnya dan meletaknnya di kursi belakang, tepatnya di bawah kursi kedua. Kenan membungkuk, benar saja, payung itu tergeletak tak rapi disana.

Suara guntur begitu keras menghalau indra pendengarannya. Kenan melotot saat melihat seorang anak perempuan sedang menangis tersedu-sedu sambil duduk terdiam didepan mobilnya.

"Kamu gapapa?" ujar Kenan sedikit berteriak, takut anak perempuan itu tidak mengindahkan suaranya karena hujan terlalu deras dan berisik.

Anak itu menoleh, menatap Kenan dengan tatapan yang begitu ketakutan.

Melihat itu Kenan menuntun untuk segera masuk ke dalam mobilnya, setidaknya anak itu tidak kehujanan lagi.

Setelah duduk berhadapan didalam mobil, Kenan lantas segera memberikan handuk yang memang dia siapkan untuk Aurora. Keduanya memang sering berpergian tanpa rencana, dan hal itu mampu membuat Kenan selalu siap siaga untuk menyiapkan kebutuhan Aurora untuk memastikan perempuannya itu tetap merasa nyaman.

"Di lap dulu, kamu kedinginan." Kenan juga memberikan jaket miliknya untuk di pakai oleh anak itu.

"Rumah kamu dimana? Biar om anter."

Semenit, dua menit, bahkan hampir 30 menit anak itu masih terdiam, tak ingin berbicara sedikit pun, hanya menatap Kenan dengan begitu banyak kata yang mungkin dia simpan rapat-rapat.

Merasa iba, Kenan pun segera mengajak anak perempuan ini untuk melipir sebentar ke tempat makan. Karena jika dilihat, sepertinya anak ini anak jalanan yang nasibnya tidak seberuntung dirinya.

"Kamu makan dulu ya, habis itu om anterin kamu pulang."

Sambil terus mengekor Kenan yang berjalan lebih dulu, anak itu akhirnya menarik ujung kemeja yang Kenan kenakan.

KENAN MY BEST HUSBAND [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang