16. Jadian?

297 52 7
                                    

For the first time, I don't have to try to be happy.  Because when I'm with you, it just happens.

-Fiola
.
.
.

Keenan terkekeh saat melihat Fiola tengah meminum es teh di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Keenan terkekeh saat melihat Fiola tengah meminum es teh di hadapannya. Perempuan itu tampak lucu saat tubuhnya  tenggelam pada jaket Keenan yang besar, dan Keenan tidak bisa untuk tidak tersenyum.

"Kenapa sih? Ada yang aneh sama gue?."

Keenan menggeleng, lantas kembali melanjutkan makannya.

Malam ini, mereka tidak jadi langsung pulang, mereka memilih mampir ke motekar terlebih dahulu saat mendengar perut Keenan yang berbunyi.

Fiola sampai heran, bukankah seorang guest di suatu acara itu pasti mendapat jatah konsumsi? Lalu kenapa Keenan sampai kelaparan seperti itu?.

"Oh iya Nan, terkait omongan gue waktu itu, soal gue mau ngajakin lo ke  tempat yang pengen gue kunjungin setelah dies natalis. Lo masih bersedia nggak?."

Tanpa menunggu lama Keenan langsung mengangguk, ia menyelesaikan kunyahan nasi yang bercampur dengan ayam goreng dan sambal tomat di mulutnya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Fiola.

"Bisa Fi, mau pergi kapan? Besok?."

Fiola langsung saja menggelengkan kepala. "Jangan.. besok lo istirahat dulu aja. Pasti capek."

"Enggak kok, santai aja."

"Nggak bisa!.  lo harus istirahat, Nan. Lo juga harus jaga kesehatan. Tubuh lo butuh istirahat. Lo juga nih, jangan sampai telat makan! ...Untuk kapan perginya, nanti aja nunggu lo ada waktu luang. Gue nggak mau lo memaksakan diri hanya untuk nganterin gue."

Keenan tersenyum, entah mengapa rasanya senang saja saat mendengar Fiola memperhatikan kesehatannya. Sudah lama ia tidak mendengar omelan seperti ini.

"Iya.. iya.. Memangnya kita mau kemana?."

"Besok aja waktu mau berangkat gue kasih tahu."

Keenan hanya mengangguk, lantas segera menyelesaikan makannya dan mengantarkan Fiola pulang. Ini sudah sangat larut, sudah pukul satu dini hari.

"Nan, kok kita bisa dekat kayak gini ya?." Tanya Fiola saat mereka berada di atas motor.

Keenan sengaja melajukan motornya dengan lambat, udara malam ini sangat dingin dan akan terasa semakin dingin jika ia melajukan motornya dengan cepat.

"Gue juga nggak tahu Fi, kayak ngalir aja gitu nggak sih?."

Fiola mengangguk setuju. "Berapa kali pun gue mikirin, gue masih nggak nyangka bahwa gue bisa dekat sama lo. Lo orang yang baik, baik banget malah. Sampai kadang gue bingung harus membalas kebaikan lo seperti apa."

Dear Keenan (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang