Kecewa, kesal dan mungkin juga cemburu, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
-Keenan
.
.
.Sejujurnya, Keenan masih penasaran dengan pria yang bersama Fiola malam itu. Namun, bertemu beberapa kali dengan Fiola dan perempuan itu tidak pernah menyinggung hal apapun tentang pria itu, membuat Keenan akhirnya memilih untuk melupakannya. Toh tidak ada yang berubah di antara dirinya dan Fiola.
Malam ini, Keenan dan Fiola sedang berada di Study's caffe. Mereka bertemu untuk mengerjakan tugas bersama. Keenan dengan tugas konflik internasionalnya sementara Fiola dengan tugas budidaya tanaman pangannya. Tidak saling berhubungan memang, tapi entah mengapa seru saja saat mengerjakan tugas bersama.
"Sebanyak ini ya tugasnya?." Fiola yang baru datang pun terkejut melihat tumpukan buku dan beberapa print out materi yang Keenan bawa.
Keenan memang datang lebih dulu karena Fiola harus bertemu dengan asisten praktikumnya untuk berkonsultasi terkait laporan.
"Enggak kok, cuma buat referensi aja. Soalnya ada beberapa kasus yang harus dikaji."
"Oh gitu.. kirain harus merangkum buku sama jurnal sebanyak ini."
Keenan tersenyum. "Enggak... tugas lo sendiri gimana?."
Fiola memutar laptopnya yang sudah menampilkan laporan praktikumnya ke arah Keenan. "Tinggal edit dikit doang kok, terus kirim ke asisten, abis itu selesai. Nanti kalau gue udah selesai, gue bantuin lo ngerjain."
Lagi, Keenan tersenyum. "Makasih yaa."
Fiola mengangguk, lalu setelahnya mereka mulai mengerjakan tugas masing-masing. Sesekali menanyakan progres, menikmati kopi atau memakan makanan yang mereka pesan.
Seperti yang telah diprediksikan, tugas Fiola yang memang lebih sedikit dari Keenan pun selesai terlebih dahulu. Selanjutnya perempuan itu benar-benar membantu Keenan. Ia membantu Keenan merangkum beberapa hal dari jurnal sesuai dengan instruksi Keenan.
"Ini gue tinggal nge-highlight metode penyelesaian yang di ambil aja kan?."
Keenan mengangguk. Setelahnya Fiola mulai fokus membaca jurnal di hadapannya. Sedikit pusing sih, tapi Fiola cukup senang karena dengan begitu wawasannya terkait beberapa permasalahan yang ada di dunia jadi bertambah.
Keenan juga biasanya begitu, membantu dirinya mencari jurnal yang relevan untuk dijadikan pendukung di laporan praktikumnya.
Setelah beberapa waktu berlalu, Keenan meregangkan punggungnya, rasanya lelah sekali, terlebih saat melihat tugasnya yang tak kunjung selesai.
Keenan menoleh ke arah Fiola. Seketika ia terkejut melihat perempuan itu tertidur dengan tangan yang masih memegang highlighter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Keenan (TERBIT)
Teen FictionIni adalah kisah tentang seseorang yang bernama Keenan. Seorang pria dengan pemikiran sederhana yang perlahan akan membuatmu jatuh cinta. Dear Keenan, Mengenalmu adalah sebuah keberuntungan. Terimakasih atas hal-hal sederhana yang telah kamu berikan...