no matter how small a lie, still a lie.
-Keenan
.
.
.Bohong bila Keenan tidak terkejut, bohong bila kini Keenan merasa baik-baik saja. Ia masih menatap Fiola yang kini berdiri di hadapannya. Perempuan itu tampak bingung dan sama terkejutnya dengan Keenan.
Keenan masih tidak tahu mengapa Fiola ada di Sawayaka ketika satu setengah jam yang lalu perempuan itu minta di antar pulang dan bilang ingin mengerjakan deadline tugas. Bahkan perempuan itu sampai membatalkan acara makan malamnya bersama Keenan.
"Fi.. any problem?."
Sebuah suara menginterupsi mereka berdua. Hal itu membuat Keenan reflek menoleh dan seketika terkejut saat matanya menangkap kemunculan sesosok laki-laki dari balik mobil.
Keenan tahu siapa pria itu. Dia adalah pria yang sama yang Keenan lihat bersama Fiola di mekdi, juga pria yang sama yang menjemput Fiola waktu itu.
"No, I'm okay.. sebentar." Fiola bersuara sembari menoleh ke arah pria itu. Setelahnya dia berbalik kepada Keenan.
"Nan.. anu.. itu.. gue duluan ya.." ucap Fiola kemudian yang membuat Keenan semakin tidak bisa berpikir. Keenan masih tidak tahu dengan apa yang terjadi. Fiola tidak berusaha memberinya penjelasan sedikitpun dan malah berpamitan pergi.
Akhirnya Keenan hanya mengangguk. Lagipula ia juga tidak punya hak untuk menahan Fiola. Selain itu, ia juga ia juga tidak ingin terlihat menyedihkan. Maka dari itu ia mengiyakan dan membiarkan perempuan itu berbalik menuju mobil pria asing itu tanpa satu kata pun.
Selanjutnya Keenan turut berbalik dan kembali ke dalam Sawayaka untuk menghampiri teman-temannya.
Meski tampak tenang, sesungguhnya kini pikiran Keenan terasa penuh. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai pertanyaan tentang Fiola. Tentang siapa pria itu, mengapa Fiola tidak pernah bercerita, mengapa Fiola berbohong, mengapa Fiola tampak bingung. Semuanya benar-benar memenuhi kepala Keenan.
Keenan menghela nafasnya, mencoba meredam semua yang ada di kepalanya.
"Udah ketemu?." Arka bertanya begitu Keenan kembali ke meja.
Keenan hanya mengangguk, lantas segera mendudukkan badan di kursinya.
"Lo kenapa dah?." Tanya Jati yang duduk di seberang Keenan.
"Kenapa? Gue nggak kenapa-kenapa."
"Bener?."
Keenan mengangguk lantas menyeruput minumannya.
"Wajah lo tapi kayaknya ada yang nggak beres dari tadi." Jati masih menyelidik. Biar bagaimanapun, mereka sudah tinggal selama tiga tahun, jadi secara tidak langsung mereka sudah paham karakter masing-masing, bahkan perubahan sedikit raut wajah saja mereka bisa saling tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Keenan (TERBIT)
Teen FictionIni adalah kisah tentang seseorang yang bernama Keenan. Seorang pria dengan pemikiran sederhana yang perlahan akan membuatmu jatuh cinta. Dear Keenan, Mengenalmu adalah sebuah keberuntungan. Terimakasih atas hal-hal sederhana yang telah kamu berikan...