Karena kadang orang memang hanya melihat dari apa yang terlihat. Mereka tidak benar-benar tahu apa yang terjadi
-Keenan Bharata
.
.
."Jadi pergi, Nan?"
Pertanyaan Itu dilontarkan Jati saat Keenan sedang memakai jaketnya. Siang ini Keenan ada jadwal pemotretan, bukan sebagai model. Tapi sebagai fotografer, karena beberapa hari lalu setelah selesai kelas, ada teman Keenan yang meminta dirinya untuk menjadi fotografer model produk kecantikan milik temannya itu.
"Iya, nanti chat gue lagi aja ya Jat. Takut kelupaan."
Tadi pagi, Jati bilang kalau persediaan makanan di kulkas sudah habis, jadi rencananya setelah pulang dari pemotretan, Keenan disuruh sekalian mampir ke supermarket untuk belanja, uang belanja bulanan mereka juga sudah Keenan pegang.
Keenan berjalan mengambil helmnya yang diletakkan di lemari khusus helm milik anak-anak kontrakan.
"Gue berangkat ya Jat."
Jati mengangguk, lalu Keenan berjalan keluar rumah untuk menghampiri motornya. Namun, saat Keenan baru melewati pintu rumah, Ia kembali masuk menghampiri Jati karena teringat sesuatu.
"Jat, si Arka tadi pesen, dia minta tolong di bangunin jam setengah 3. Nanti jangan lupa bangunin ya."
"Oke."
Setelah melihat respon Jati, Keenan kembali melanjutkan langkahnya menuju motor dan segera menancap gas menuju tempat dimana Ia dan temannya janjian.
Siang ini matahari bersinar sangat terik seperti ingin memanggang bumi. Keenan sampai mengeluh beberapa kali saat harus berhenti di lampu merah. Rasanya benar-benar seperti terbakar.
"Gila panas banget."
Keenan mendudukkan badannya di sebuah kursi kafe yang sudah dipesan oleh temannya.
"Iced Americano kan, Nan?."
Keenan mengangguk. Andara—temannya ini adalah salah satu teman akrabnya di kampus. Dara juga sudah beberapa kali menggunakan jasa Keenan sebagai fotografer. Jadinya dia sudah lumayan paham dengan selera minuman yang Keenan sukai.
"Ini yang mau di foto, lo kan. Dar?"
Keenan mengambil iced americano yang baru saja disajikan oleh waiters kafe, rasanya benar-benar segar dan lega saat rasa dingin mengaliri tenggorokannya setelah berpanas-panasan.
"Enggak, kali ini gue pakai model."
"Eh enggak model juga sih, tapi gue minta tolong teman. Ya kali fotonya muka gue mulu."
Keenan tertawa mendengar ucapan Dara. "Terus, mana teman lo?."
"Masih di jalan katanya. Tadi abis praktikum, gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Keenan (TERBIT)
Fiksi RemajaIni adalah kisah tentang seseorang yang bernama Keenan. Seorang pria dengan pemikiran sederhana yang perlahan akan membuatmu jatuh cinta. Dear Keenan, Mengenalmu adalah sebuah keberuntungan. Terimakasih atas hal-hal sederhana yang telah kamu berikan...