37. Believe me

219 41 8
                                    

Friendzone itu berat!

-Chandra
.
.
.


Pasca kejadian di angkringan, hubungan Keenan dan Fiola sedikit cangung, namun kecanggungan itu tidak berlangsung lama karena baik Keenan maupun Fiola merasa sadar bahwa mereka telah berjanji untuk bersikap seperti biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pasca kejadian di angkringan, hubungan Keenan dan Fiola sedikit cangung, namun kecanggungan itu tidak berlangsung lama karena baik Keenan maupun Fiola merasa sadar bahwa mereka telah berjanji untuk bersikap seperti biasanya.

Namun, tetap saja jika menyangkut perasaan semua tidak akan pernah sama. Sesekali Fiola masih merasa canggung karena tidak enak dengan Keenan, tapi sejauh ini Keenan terlihat  biasa saja meski sebenarnya perasaannya juga tidak karuan.

"Udah selesai? Mau di jemput sekarang?." Keenan berjalan menyusuri koridor kampus. Ia baru saja menyelesaikan kuliahnya hari ini dan berencana makan bersama dengan Fiola.

"Lo langsung ke motekar aja, gue mau ketemu dosen bentar abis itu gue nyusul."

Keenan menghentikan langkah. "Lo ketemu dosennya lama apa enggak?."

"Kondisional sih. Lo duluan aja deh kalau keburu laper."

"Nggak mau, nggak enak makan sendiri."

"Terus gimana?."

"Gue jemput lo yaa.. gue tunggu di tempat biasanya."

"Ya udah terserah lo aja deh, enaknya gimana..."

"Oke, see you."

Keenan mematikan ponselnya lantas bergegas mengambil motor dan melaju menuju fakultas Fiola.

Kali ini Keenan benar-benar berteman dengan Fiola. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa perasaannya masih tetap sama, bahkan rasanya seperti semakin bertambah. Namun apa daya, ia menghargai keputusan Fiola, sehingga mau tidak mau ia juga harus menahan perasaannya. Ia jadi ingat perkataan Chandra.

Friendzone itu berat!

Ya.. Keenan mengakui itu, dulu saat ia belum menyadari perasaannya. Rasanya biasa saja, tapi kini saat perasaan itu semakin jelas. Rasanya berteman dengan Fiola sangatlah berat, tapi jika tidak berteman, akan terasa lebih berat. Bukankah itu membingungkan?.

Keenan menghentikan motornya di parkiran fakultas Fiola. Lantas ia bergegas menuju gazebo tempat biasa ia menunggu perempuan itu.

Akhir-akhir ini Keenan memang sering menjemput Fiola saat mereka akan pergi atau makan bersama. Tidak jarang juga Fiola yang datang ke fakultasnya hanya untuk makan bersama.

Ya.. sedekat itu hubungan mereka. Namun apalah daya, hubungan mereka hanya terhenti pada sebuah ikatan pertemanan.

**

Fiola baru saja bertemu dosen untuk berkonsultasi terkait judul penelitiannya. Maklum, ia sudah semester tujuh. Sudah saatnya untuk mulai memikirkan penelitian dan skripsi.

Dear Keenan (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang