// 02: Bersua Lagi

6.9K 485 26
                                    

Setelah sepuluh menit duduk berhadapan dengan Aruna, senyum semringah Gama masih tampak begitu jelas di wajahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sepuluh menit duduk berhadapan dengan Aruna, senyum semringah Gama masih tampak begitu jelas di wajahnya. Sementara gadis yang jadi teman kencannya hari ini, tak henti-hentinya ikut sesekali menyungging senyum sambil menutupi mulutnya dengan malu-malu.

"Apa kabar, Aruna?" tanya Gama yang akhirnya memecah kesalahtingkahan di meja mereka. "Maaf ya, mendadak banget aku ngajak ketemu. Sebenernya aku udah lama kepikiran, tapi aku takut bilangnya."

Aruna terkekeh pelan dan mengernyitkan kening. "Kenapa takut?"

Senyum Gama mengembang lebih lebar seraya laki-laki itu menggelengkan kepalanya. "Nggak tau, sih. Mungkin ... takut kamu nggak mau," akunya.

Kemudian, tawa mencemooh Aruna terdengar. "Ya ilah, masa takut nggak mau," katanya. "Santai aja lagi. Aku mah anaknya gampang kenal sama orang."

"Iya, sih. Kelihatan," balas Gama. "Pantes ya, aku baru beberapa hari ini ngobrol sama kamu, tapi udah nyaman banget. Rasanya kayak udah kenal bertahun-tahun."

Senyum Aruna mengembang lagi. Pipinya memerah, dan matanya menyipit. Percakapan mereka kemudian sejurus terjeda sebab seorang pelayan datang ke meja mereka guna mengantarkan pesanan. Sesaat fokus mereka teralihkan pada hidangan yang baru tersaji di depan mata, sebelum pada akhirnya Aruna kembali mengundang topik pembicaraan mereka untuk bergabung ke meja.

"Jadi gimana? Kok bisa begitu, Gam?"

Gama mengedikkan bahunya. "Aku juga nggak tau kenapa," katanya. "Padahal ya, aku tuh picky banget anaknya kan. Beda banget sama kamu. Aku yakin kamu pasti anaknya gampang berbaur sih. Kalau aku tuh nggak bisa begitu. Tapi, nggak tau kenapa, sama kamu tuh enak aja, gitu. Nyaman banget ngobrol sama kamu. Kenapa ya, cantik?"

Aruna yang semula serius menyimak curahan hati Gama, lantas membelalak dan terkekeh ketika laki-laki itu menutup pengakuannya dengan kalimat tanya. "Dih, nanya ke siapa kamu manggil cantik?"

"Ya kamu, lah. Siapa lagi emangnya yang cantik? Cuma kamu."

Meski agak salah tingkah dan tersipu, tapi Aruna berusaha menangkisnya dengan kekehan pelan. "Yeh, dasar gombal!" tukasnya sambil meraih minuman miliknya, kemudian mulai menanamkan sedotan stainless yang dibawanya dari rumah. "Kamu kali cantik. Rambut kamu badai banget, gila. Kayak duta sampo."

Seperti enggan dipanggil duta sampo, bibir Gama lantas mengerucut. Tangannya gegas menggetil pipi Aruna dengan gemas. Pun, laki-laki itu turut meraih minuman miliknya dan mulai menikmati. Percakapan mereka terjeda sesaat, sebab Gama kemudian fokus memandang ke layar ponselnya yang samar-samar bisa Aruna intip isinya: profil Instagram milik Aruna.

Gadis dengan rambut pendek sebahu itu membelalak. "Eh, kok kamu stalking akun aku?!"

Gama menjulurkan lidahnya kepada Aruna. "Biarin aja, biar aku seneng," jawabnya sambil menjauhkan ponselnya dari tangan Aruna yang tampak siap merebutnya kapan saja. "Kamu kok foto di Instagramnya dikit sih, cantik?"

Pilu Membara Atas Nama Cinta MengabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang