// 07: Hampir Tiada

2.3K 235 8
                                    

"Halo, Assalamu'alaikum, dengan Aruna cantik?" sapaan yang hampir tidak pernah beda bunyinya itu terdengar dari seberang telepon, membuat bibir Aruna lantas mengembang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Assalamu'alaikum, dengan Aruna cantik?" sapaan yang hampir tidak pernah beda bunyinya itu terdengar dari seberang telepon, membuat bibir Aruna lantas mengembang. "Kok kamu belum tidur?"

"Iya, kan aku nungguin kamu," jawab Aruna cepat.

"Hah, kamu kok baik banget sih nungguin aku segala," ujar Gama. Nada bicaranya mendadak penuh semangat, seolah energinya sudah dicas kembali setelah seharian penuh terkuras habis dengan kesibukan tak berkesudahan.

Gama selanjutnya banyak bercerita mengenai kesehariannya akhir-akhir ini. Tentang kuliah yang menyita sangat banyak waktunya, tentang himpunan yang menyita sisa waktu kosongnya, dan tentang pekerjaannya yang sering sekali merampas waktu liburannya di akhir pekan.

Akan tetapi, Gama tidak lupa bahwa Aruna pun membutuhkannya. Selalu, setelah Gama bercerita panjang tentang kesehariannya, laki-laki itu akan menyempatkan waktunya untuk balik bertanya tentang kesibukan Aruna. Lalu Aruna akan bercerita sama panjangnya, mengenai kesehariannya di hari-hari libur yang sebentar lagi akan usai.

Pun, malam ini sepertinya adalah kesempatan yang tepat bagi Aruna untuk berdiskusi dengan Gama mengenai kolaborasi yang sebelumnya sudah Aruna bahas dengan Mas Gaga.

"Bisa, sih," kata Gama.

"Tapi aku nggak maksa ya, Gama. Kalau misalnya kamu sibuk dan nggak ada waktu, nggak apa-apa kok," tutur Aruna dengan hati-hati. "Soalnya Mas Gaga juga udah punya banyak rekomendasi buat ini. Cuma tadi tuh aku kan mikirnya, kalau sama kamu pasti lebih enak, karena aku yang komunikasi langsung sama kamu, feel-nya pasti lebih dapet gitu."

Gama bergumam. "Iya. Aku ngerti kok," katanya. "Iya sih sebenernya emang lagi lebih sibuk dari semester-semester lalu. Tapi, ya nggak apa-apa juga sih. Kan cuma bikin ilustrasi sederhana gitu, kan? Aku bisa kok, Aruna."

Senyum Aruna mengembang. Rasanya ia ingin selebrasi sekeras-kerasnya andai saja Gama tidak mendengarkannya. Aruna senang sekali bisa melibatkan orang yang dicintainya dalam proyek ini. Senang sekali bisa menceritakan Gama pada satu buku penuh.

Semua ini, Aruna dedikasikan kepada Gama.

Sisa dua jam waktu sebelum tidur mereka dihabiskan untuk membicarakan Aruna. Meski sejujurnya Aruna ingin bertanya banyak soal Gama, tapi laki-laki itu terus-menerus memenangkan dominasi. Pada akhirnya, Gama-lah yang mendapatkan banyak cerita dari Aruna.

Aruna mengaku bahwa akhir-akhir ini, ia merasa jadi perempuan yang mandiri sekali sebab jarang bergantung pada seorang pacar. Aruna bilang, ia akhirnya merasa bahwa menjalani hubungan jarak jauh tidak jadi masalah besar sebab Gama selalu ada untuknya.

Selain itu, Gama yang sama sibuknya pun membuat Aruna jadi memiliki sangat banyak waktu untuk dirinya sendiri. Baru kali ini Aruna merasa diberi keluasan untuk mencintai dirinya sendiri; untuk mementingkan dirinya sendiri di atas orang lain. Dan Aruna sangat menikmati ini.

Pilu Membara Atas Nama Cinta MengabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang