Gama tiba di rumah Aruna pukul tiga. Aruna sudah berubah pikiran dan memutuskan untuk tidak bepergian ke mana-mana sebab tidak enak hati membebani Gama yang baru saja menempuh jarak kurang lebih 130 kilometer. Akan tetapi, Gama bilang dengan senang hati ia akan menemani ke manapun Aruna mau.
Padahal kenyataannya Gama memang hanya ingin jalan-jalan bersama Aruna sambil mengendarai motornya.
"Capek loh, Gam?" tanya Aruna, sekali lagi memastikan sebelum ia benar-benar mengenakan helmnya. "Nggak mau di rumah aja? Netflix? nggak lagi pengin nonton film apa, gitu?"
Gama menggelengkan kepalanya dan menyungging senyum. Ia sudah siap di motornya. Tangannya lantas merebut helm dari tangan Aruna. Segera, Gama memakaikan helm Aruna ke kepalanya. "Nggak apa-apa, lagi. Aku nggak capek," katanya.
Dan Aruna tidak bisa menolak lagi. Gadis itu pasrah dengan pilihan Gama. Bahkan, Gama sudah menentukan destinasi mereka sore ini.
"Pernah ke Titik Rindu, nggak, Aruna?" tanya Gama di tengah perjalanan lamban mereka menyusuri Jalan Tole Iskandar, Depok. Aruna menggeleng menanggapi pertanyaan tersebut. "Aku mau ajak kamu ke sana."
Aruna tak berkata apapun. Gadis itu hanya mengacungkan ibu jarinya ke kaca spion tepat ketika keduanya saling tatap di sana. Perjalanan singkat mereka tak diisi banyak obrolan. Gama fokus mengendarai motornya, sementara Aruna fokus menyaksikan jalan yang dilaluinya hingga akhirnya tiba di lokasi.
Kafe yang Gama tunjuk sore ini cukup ramai pengunjung. Bahkan, hanya tersisa tiga meja kosong ketika Aruna dan Gama tiba. Salah satunya terletak tidak jauh dari panggung tempat live music berlangsung, dan itulah yang Gama tunjuk.
Mereka duduk saling berhadapan. Saling diam.
Tak lama, seorang pelayan datang ke meja mereka, memecah keheningan yang terjadi selama beberapa menit pertama. Baik Aruna maupun Gama sama-sama sibuk membaca daftar menu, kemudian memesan.
Aruna mulai menyibukkan dirinya dengan ponsel, sibuk mengambil gambar untuk konten instastory, sementara Gama sibuk menyaksikan panggung live music. Suara penyanyi yang tengah membawakan lagu-lagu Barat itu mengalun dengan indah, sesekali diikuti oleh pengunjung yang bernyanyi dari mejanya.
Gama turut serta, samar-samar bernyanyi dengan suara pelan. Perhatian Aruna pun teralihkan pada laki-laki di depannya. "Maju, Gam," ujarnya sambil meletakkan ponsel. Kedua tangan Aruna menumpu pipinya sendiri. Senyumnya mengembang dengan begitu lebar.
Senyum Gama turut melebar mendengar pinta dari Aruna. "Iya, ih. Jadi pengin," akunya. "Kalau aku maju nyanyi, kamu mau request lagu sama aku, nggak?"
Aruna menggeleng. "Nggak, ah," katanya. "Lagu apapun, kalau yang bawain kamu, aku suka kok dengernya."
Gama hanya tertawa. Obrolan mereka terputus di sana. Perhatian laki-laki itu kembali tersita ke panggung. Mulutnya sekali lagi mengikuti lagu yang sedang dibawakan. Setidaknya, hal tersebut bertahan selama hampir sepuluh menit sebelum akhirnya Gama kembali menoleh balik ke Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilu Membara Atas Nama Cinta Mengabu
Teen Fiction[WattysID 2022 Winner] Gama Adi Prasaja hadir. Fokusnya semata-mata melampiaskan bara cinta dengan juta cara sederhana yang dimilikinya. Tetapi, laki-laki tiga perempat sempurna itu pada akhirnya membiarkan cintanya mengabu. Meninggalkan Aruna tanpa...