// 16: Kecewa Terpatri

2.2K 220 11
                                    

Satu eksemplar sudah Aruna tandai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu eksemplar sudah Aruna tandai. Gadis itu menulis pada halaman terdepan dari bukunya, untuk Gama yang mungkin takkan pernah pulang. Aruna akan mengirim buku ini kepada Gama, tak peduli ia mau menerimanya atau tidak, mau membacanya atau tidak.

Setelah menuliskan sebaris kalimat sederhana itu, Aruna kini fokus pada mesin tik yang sudah duduk di hadapannya, di atas meja kerja kesayangannya. Selembar kertas sudah terpasang, sudah siap menyambut tinta yang akan tergores di sana.

Sambil memejamkan matanya, beberapa kali Aruna menghela napas. Kedua tangannya kini sudah siap di atas tuts yang hendak ia tekan dengan sepenuh hati.

+

Hai, Gama.

Selain surat yang terlampir sebagai pelengkap ini, kuberikan kamu satu eksemplar buku puisi terbaruku yang mungkin takkan pernah kamu tahu kecuali aku memberikannya sendiri. Ini untukmu. Sepenuhnya untukmu. Seluruhnya kutulis atas namamu. Siapa tahu kamu bersedia menghargainya. Tapi, kalaupun tidak, ya tidak apa-apa. Akhir-akhir ini, aku sedang belajar ikhlas seluas-luasnya akan ketidakpulanganmu.

Dengan ini, kunyatakan bahwa ini adalah surat terakhirku padamu. Setelah ini, aku akan berhenti menulis untukmu, meski kamu sudah telanjur abadi dalam barisan kata yang begitu rapi kubariskan di dalam puisi. Selamat pergi, Gama. Aku takkan lagi mengejarmu. Tugasku sudah cukup sampai di sini. Akan kulatih diriku untuk rela. Toh, perasaanku, suatu saat kelak akan mereda dengan sendirinya. Mungkin.

Kuharap kamu bahagia selalu dengan pilihan yang jadi hak penuh atas dirimu sendiri. Tidak apa-apa. Semua orang punya pilihan, dan kamu memilih untuk menyakitiku. Kamu punya hak untuk melakukannya. Terima kasih banyak, Gama, sudah membuatku belajar, bahwa ternyata, ada kehilangan yang meski tidak dirayakan, tidak perlu juga untuk selalu ditangisi.

Jaga terus kesehatan. Jangan lupa bawa hoodie kalau ke tongkrongan, karena Bandung dingin kalau malam. Jangan banyak-banyak merokok, khawatir asmanya kambuh. Jangan lupa makan, jangan lupa minum, tapi jangan minum-minum. Jangan lagi tidur pagi. Aku sayang kamu.

Selamat membaca tulisan tulusku. Aku sayang padamu.

Aruna Prameswari.

+

Satu lembar penuh itu Aruna baca ulang sekali lagi. Ia belum pernah mencintai orang sampai mengabadikan ke dalam puisi begini. Sekarang, barangkali semua orang akan tahu, Aruna sedang mencintai seseorang dengan sangat. Mungkin Gama pun akan mengerti, meski Aruna tidak bisa lagi berharap laki-laki itu memahaminya.

Gadis itu menghela napasnya lagi. Kertas berisikan surat itu Aruna lipat, kemudian ia selipkan ke dalam bukunya. Aruna kemudian mengemas buku tersebut. Siap mengirimnya ke Bandung besok siang.

+ + +

Lagu-lagu dari playlist atas nama Gama masih jadi favorit Aruna bahkan setelah gadis ini mengirimkan surat terakhirnya kepada Gama. Kurang lebih sudah dua pekan terhitung sejak Aruna mengirim surat dan buku puisinya kepada Gama. Laki-laki itu pasti sudah menerimanya, meski mungkin takkan pernah membacanya.

Pilu Membara Atas Nama Cinta MengabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang