[29] Remember You [END]

120 24 0
                                    

"Maaf aku terlambat," bisik Kim Nami sambil mempererat pelukannya kepada Nana.

Nana sontak terkejut dibuatnya. Tak ingin kehilangan kesempatan, ia pun membalas pelukan gadis yang selama ini sangat dirindukannya. Nana sangat merindukan Kim Nami dengan ingatan lamanya saat mereka berada di dimensi lain.

Ingatan orang-orang tentang rahasia Nana mengenai perjalanan mesin waktunya pun mulai menghilang secara perlahan. Makam bertuliskan nama Nana pun begitu. Makam itu seolah tak pernah ada dan bergantikan dengan sebuah pohon sakura yang cantik.

Dan ketika pelukan itu berakhir, orang-orang di sekitar mereka tampak sibuk menyantap makanan mereka tanpa mempedulikan Nami dan Nana. 

"Wah... Supnya enak banget ya!" Ucap Haechan.

"Iya, ini adalah sup terenak yang pernah ku makan seumur hidupku."

"Eh, rencana kita setelah ini kemana?"

"Bagaimana kalau kita berfoto di pantai tempat favorit kita dulu, Na?" Ajak Jeno.

"Ide bagus!"

"Bagaimana kalau setelah dari pantai, kita pergi naik kapal? Aku ingin berkeliling pulah Taejongdae dengan kapal pesiar sambil memotret mercusuar,"

"Ini nih! Gue like banget!" Mark.

"Aku dengar, di Busan ada Kedai Mie yang usianya udah berdiri 1 abad? Kita kesana juga ya setelah naik kapal pesiar!"

"Tapi... Aku ingin makan kerang bakar," Renjun sambil mengelus perutnya.

"Oke, setelah makan mie kita berkeliling naik sepeda lalu singgah makan kerang bakar. Bagaimana? Setuju?" Jeno.

"Setuju!"

Mereka pun beranjak dari Kedai Gongmin. Tak lupa, mereka berpamitan kepada sang paman dan juga mengajak Xiaojun untuk berjalan-jalan bersama mereka.

"Selamat!" Bisik Xiaojun kepada Nana dan Nami. Mereka berdua saling bertukar pandang.

"Terima kasih," jawab Nami dengan senyum manisnya.

🐰🐰🐰

Pemandangan laut yang luas nan menyegarkan mata sudah menjadi latar belakang mereka.

Nami dengan segenap keberaniannya pun menarik pergelangan tangan Nana untuk menuju ke sebuah tempat yang di rasa cukup aman untuk mengatakan sesuatu.

"Na, jangan pergi lagi ya!"

"Kamu adalah satu-satunya harapanku bertahan di kehidupan ini,"

"Jika kamu pergi, Aku tidak tahu lagi akan seperti apa kehidupanku kedepannya,"

"Aku janji, Aku tidak akan mengecewakanmu lagi."

Suara itu bernada parau karena usaha Nami yang sedang menahan air matanya.

Jika mengingat kepergian Nana waktu itu, hatinya terasa seperti dicabik-cabik. Ia bahkan tidak sanggup membayangkan jika kejadian itu benar-benar terjadi. Ingatan saat dia menangis di meja belajar karena kepergian Nana rupanya masih membekas dan menggoreskan luka yang cukup dalam.

"Maafin aku juga ya, Nam. Aku janji, aku akan selalu menjagamu. Aku akan selalu bahagiain kamu apapun yang terjadi. Karena alasanku kembali kepadamu dengan segala konsekuensi adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sebelumnya. Aku sangat bersyukur saat mengetahui bahwa kamu telah mengingat semuanya. Terima kasih karena telah membantuku menjadi manusia seutuhnya,"

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang