[5] About

433 92 168
                                    

Akhirnya bisa update lagi, \Yeay/
Happy Reading dan Semoga terhibur :*

Saat ini, sebuah tampilan media sosial terpampang dengan jelas di layar ponsel milik Nana. Tubuhnya mendadak dingin dengan degupan jantungnya yang lumayan kencang. Jari telunjuk yang ia gunakan untuk menyecroll ponselnya terlihat begitu kentara getarannya. Wajahnya tampak tersenyum memaksa, tapi ia juga merasa bahagia walau presentasenya hanya 50 persen.

Giginya mengerat, menahan konflik batin yang menyerangnya. Tanpa sadar,  jari telunjuknya ternyata menekan dua kali gambar yang sedang menjadi atensinya hingga meninggalkan jejak hati pada gambar tersebut. "Sialan!" Pekiknya salah tingkah. Jarinya pun bergegas menekan tombol hati yang kini berwarna merah agar menjadi transparan lagi. Ia menggaruk kepalanya. "Kira-kira muncul notif di akunnya dia nggak ya?" Batinnya.

Hingga akhirnya, suara seseorang sedang membuka pintu kamar pun menginterupsinya. Dia adalah Xiaojun, lelaki itu sekarang sudah seperti pengganti Lee Jeno di kehidupan barunya. Lelaki itu sangat rajin mendatangi kedai milik Paman Nana. Xiaojun lantas berjalan menuju ranjang Nana yang saat ini menjadi tempat ternyaman sang pemilik kamar.

"Xiaojun, ngapain malam-malam kesini?" Lelaki itu menyeringai, lalu melempar bantal Nana pada sang empu. "Harusnya kau peka... kenapa aku membantumu mencari solusi agar kau hidup lagi!" Sarkasnya. Oke, Nana berpikir sekarang, "Apakah agar aku bisa menjadi tempat yang kau tuju selama berada di Korea?" Xiaojun menggeleng diikuti senyum nakalnya, "Bukan, aku... ingin kerja dan makan gratis di Kedai Pamanmu. Hehehe," kekehnya, Nana pun memutar bola matanya.

Lelaki China itu tiba-tiba saja menatap Nana dengan tatapan tajamnya sambil mencengkeram erat pundak kanan Nana. Atmosfer di kamar itu mendadak berubah menjadi serius. "Sebentar lagi, takdir akan membawamu pindah ke Seoul dan mempertemukanmu pada orang-orang yang pernah kau temui selama menjadi arwah." Nana menelan salivanya saat itu juga, perasaannya bercampur aduk sekarang. 

Jika aku pindah ke Seoul, bagaimana dengan Chaerin, Samchon, dan Appa?

Xiaojun menyeringai, cengkramannya semakin kuat hingga membuat Nana meringis kesakitan. "Jangan khawatirkan mereka, Pamanmu akan menggantikan tugasmu selama di sini." Pesannya. Nana memagutkan bibirnya, lalu melepas cengkraman Xiaojun yang masih eksis mengganggu di pundaknya. Selain itu, ia juga tidak nyaman dengan perlakuan Xiaojun yang baru saja diterimanya.

Xiaojun tampak melirik si Nana dibarengi sunggingan senyumnya. Di detik kemudian, bibirnya kembali mengeluarkan suara sedikit lemah. "Na...," 

Nana menatap Xiaojun yang baru saja memanggilnya, wajah lelaki itu masih terlihat serius. "Sebenarnya... ada yang ingin ku katakan padamu, tapi... aku ingin menanyakan sesuatu dulu padamu." 

"Apa itu?"

Xiaojun merubah posisinya agar lebih enak saat berbicara, matanya menatap lamat-lamat netra Nana yang saat ini juga menatapnya. "Nami... dia baik-baik saja, kan?" Nana sontak menepuk dadanya yang mendadak terasa kaku. "Tentu saja... dia sangat baik-baik saja. Aku bahkan baru saja melihat fotonya sedang berdua dengan Jeno." Nana membuka layar SNS-nya sambil menunjukkan gambar yang baru saja dibahasnya. "Ini...," ekspresi bahagia Nana yang saat ini terpancar malah membuat Xiaojun mengurungkan niatnya untuk mengatakan hal yang sangat ingin ia sampaikan.

"Ngomong-ngomong... kenapa kau tiba-tiba menanyakan keadaan Nami?" Nana mendekatkan tubuhnya pada Xiaojun. Lelaki itu melirik Nana dengan tatapannya yang kurang nyaman. Di detik berikutnya, ia mulai menenggelamkan matanya dalam senyum dadakannya, ia menyadari tingkahnya yang telah membuat Nana terganggu. "Anni... tiba-tiba hanya ingin mendengar kabarnya saja, Wae? apa kau cemburu?" Goda Xiaojun. Nana menyentil telinga Xiaojun hingga memerah. "HAHAHAHA!" Lalu menyusulnya dengan tertawa keras.

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang