[26] Big Secret

85 25 4
                                    

Langit masih terlalu pagi untuk anak manusia beraktivitas di luaran sana. Matahari di musim panas pun masih enggan untuk menampakkan diri karena hawa dingin rupanya lebih enak untuk di rasakan ketika musim panas panjang yang  cukup menyiksa ini sedang berlangsung.

Di depan pagar kediaman keluarga Kim, seorang laki-laki dengan hoodie hitamnya tampak berdiri tak jauh dari motornya. 

Matanya seakan mengawasi sebuah balkon yang ia ketahui tempat Kim Nami mengistirahatkan tubuhnya. Matanya tampak sendu, batinnya juga dipenuhi dengan pergulatan tiada ujung. 

Rasa sesak bahkan seolah sudah menjadi hal yang wajar baginya. Ia sadar, itu bukanlah hal yang perlu di keluhkan. Karena semua yang terjadi pada dirinya saat ini adalah kesalahannya sendiri. Hukuman, ia lebih akrab menyebutnya sebagai hukuman.

"NAMI!"

"NANA!"

"KALIAN NGAPAIN BERDUA DI KAMAR WOE!"

Suara itu berasal dari bibir tipis Kim Doyoung yang baru saja membuka pintu kamar adiknya beberapa detik lalu. 

Matanya membulat dengan sempurna saat indera penglihatannya menangkap Nana tengah tertidur pulas di atas sofabed. 

Jeno yang kala itu tak sengaja mendengar teriakan Doyoung pun tak kalah kaget. Posisinya serba salah sekarang. Ingin rasanya lelaki itu masuk ke dalam sana, tapi dia sadar diri. Kehadiran dirinya tak lagi diharapkan oleh mantan kekasihnya, Kim Nami.

"Hyung--," Panggil Nana sambil mengusap kedua matanya.

Nami yang mendengar teriakan kakaknya sontak terbangun dengan wajah tak kalah terkejut. "Bisa-bisanya kalian berduaan di kamar seperti ini!" Tegur Doyoung.

Nana semakin panik. Wajah Doyoung tak lagi bersahabat. "Mentang-mentang Eomma dan Appa lagi keluar kota, kamu seenaknya ya! Masukin laki-laki ke kamar!" Bentaknya tanpa berpikir.

"KYA! KALAU TIDAK TAHU APA-APA JANGAN BACOT MELULU!" Sentak Nami emosi.

Doyoung semakin terbakar amarah. Matanya membola bersamaan dengan kulit wajahnya yang memerah.

"Hyung, Nana bisa jelasin. Ini bukan seperti apa yang hyung pikirkan kok." Nana mencoba menenangkan Doyoung sembari berjalan menghampiri lelaki jangkung itu.

"Jelasin bagaimana? Hm? Jelasin kalau kalian sudah melanggar norma yang berlaku di muka bumi ini?"

Nami semakin dibuat sebal oleh sikap kakaknya. Masalahnya, Nami juga tidak bisa membedakan apakah kakaknya ini sedang benar-benar marah atau pura-pura marah. Ditambah, Kim Nami sangat girang saat mengetahui bahwa tubuh Nana sudah bisa terlihat secara kasat mata lagi. Walaupun kehadiram pertamanya setelah kehilangan wujud selama beberapa hari harus berada di kamar ini.

"Hyung, kita duduk dulu. Kita bicarakan baik-baik. Nana dan Nami bukan tipikal manusia model begitu kok." Bujuk Nana.

Doyoung melirik Nana sekilas. Tangannya yang sebelumnya ia lipat di depan dadanya pun perlahan ia lepas dan kini beralih fungsi dengan menyeret Nana dan Nami menuju ruang tamu.

Setibanya disana, mereka pun menjelaskan apa yang telah terjadi. Urusan percaya atau tidaknya cerita mereka, semua tergantung pada Doyoung.

Nana bercerita tentang dirinya yang kehilangan wujud saat berada di Incheon tempo hari yang lalu. Nana bahkan juga bercerita jika dirinya sempat mencari pertolongan kepada seorang wanita yang ia yakini bisa membantunya mengembalikan tubuhnya seperti semula, tapi wanita itu seolah menghilang ditelan bumi. Hingga akhirnya, Nana pun berjalan tak tentu arah. Karena merasa kelelahan, ia pun memutuskan untuk pulang ke rumah Nami dengan harapan ia bisa mendapatkan kembali wujudnya sebagai manusia saat tertidur di atas sofabed yang dulunya adalah tempat andalannya. Selain alasan itu, Nana juga ingin memastikan apakah hati Kim Nami sudah terisi oleh dirinya atau bahkan nihil.

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang