[20] Kembali pada momen itu

191 33 28
                                    

Beberapa percakapan pun terjadi antara Jeno dan Jojo yang saat itu tidak sengaja bertemu di salah satu Kafe dekat tempat tinggalnya. Hingga malam semakin larut. Jeno eomma sudah mengingatkan anaknya untuk segera pulang agar bisa menghindari amukan sang ayah jika ia kedapatan pulang terlambat.

"Eh, Jo! Aku pulang dulu ya, udah malem," pamitnya.

"atau... kamu mau pulang juga?" Gadis itu mengulum senyum, lalu bangkit dari posisi ternyamannya.

"Aku juga mau pulang, Jen."

"Yaudah, sampai ketemu lagi," ucap Jeno sembari berlari kecil meninggalkan tempat sebelumnya dengan langkah terburu-buru.

Tubuh Jeno telah pergi meninggalkan keramaian. Sorot lampu malam terlihat begitu kental menghiasi dirinya yang tengah berjalan sendirian. Rembulan dan kerlap-kerlip bintang di atas sana sekarang menjadi kawan seorang Lee Jeno untuk menemaninya sampai rumah.

Tapi... suara lain rupanya mengusik kegiatan Lee Jeno. Suara langkah yang terdengar sedang mengikuti dengan begitu santainya pun membuat Jeno menaruh curiga. Apalagi jalanan menuju derah rumahnya tidak begitu aman sekarang.

Setelah mengumpulkan keberanian, Jeno perlahan mulai memutar kepalanya ke arah belakang.

"Jojo?" Tegurnya, gadis itu malah terkekeh.

"Kamu ngikutin aku?" Tanyanya dengan begitu percaya diri, sontak saja gadis itu tertawa hingga meledak.

"Emangnya jalanan ini milik kamu?"

"Lalu?"

"Aku mau pulang lah," ucapnya sambil menunjuk ke arah sebuah bangunan yang berdiri begitu kokoh dan megahnya. Dapat dilihat ekspresi Jeno yang sedang bercampur aduk antara malu dan kaget. Tangannya bahkan ikut menunjuk bangunan yang rupanya ada di depan rumahnya.

"Kamu... tetangga baru itu?"

Gadis itu tersenyum lagi, "eum... waktu itu aku mengunjungi rumahmu untuk memberikan kue pindahan rumah, tapi tidak ada respon."

"kata tetangga sebelah, kalian lagi keluar kota ya?" Jeno terdiam dengan senyum kecutnya, "Iya, benar."

🐰🐰🐰

Hari ini situasi terasa begitu canggung, rasa-rasanya ingin sekali aku kabur dari tempat ini sekarang juga. "Nam, kamu ngapain sih ngajakin aku ke sini?" Decakku, aku tahu apa yang tengah direncanakan oleh gadis ini. Iya, mengatur pertemuan antara aku dengan Jeno agar hubungan kami tidak memanas karena kejadian kemarin. Untung saja kamu gadis yang aku sukai, Nam.

"Jeno! Sini!" Wajah kaku Jeno sekarang menatapku, lalu duduk tepat di depanku.

Dengan sebalnya, kupasang muka judesku. Kali aja dia semakin tidak nyaman dan mengurungkan niatnya untuk membahas masalah kemarin.
"Na, kamu masih marah?" Mataku membola, terkejut dengan kegihihan yang dimiliki oleh Lee Jeno.

"Na, aku cuma khawatir kalau kamu pura-pura mengikhlaskan gadis itu. Aku tahu betul bagaimana sifatmu, kamu adalah tipikal orang yang suka mengalah dan mengorbankan kebahagiaanmu demi orang lain." Ucapnya tiba-tiba.

BOOM, ada dentuman keras yang kini meledak di kepalaku. Rasa bersalah karena sikap dinginku kemarin sore semakin menjalar pada diri ini. Jeno benar, tujuan dia menanyakan hubunganku dengan Chaerin kemarin bukanlah karena dia ingin aku kembali dengan Chaerin. Tapi karena sifat pada diriku yang bahkan aku tak menyadarinya.

"Jeno, maaf banget ya... kemarin aku salah paham." Ucapku menyesal, seperti biasa dia selalu saja menampakkan senyum malaikatnya yang menenangkan. "Na, gwaenchana... Aku juga salah karena tiba-tiba membahasnya tanpa memikirkan perasaanmu. Yang jelas, aku tidak ingin kamu berkorban demi kami lagi. Eum?"

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang