[21] Sehari bersamamu

185 32 41
                                    

sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴅᴀᴛᴀɴɢ ᴅɪ ᴄᴇʀɪᴛᴀᴋᴜ. sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ ᴅᴀɴ sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ʙᴇʀʜᴀʟᴜ ʀɪᴀ 💚

 sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ ᴅᴀɴ sᴇʟᴀᴍᴀᴛ ʙᴇʀʜᴀʟᴜ ʀɪᴀ 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

=====

Semua anak-anak yang di undang oleh Nami akhirnya menampakkan batang hidungnya. Aku yang tanpa persiapan hanya bisa memakai pakaian seadanya, kaos hitam dengan celana pendek berwarna khaky. Sungguh tidak cocok untuk perjalanan di musim semi.

"Ngomong-ngomong... kita ke sana naik apa, Nam?" Renjun tiba-tiba menginterupsi kegiatan anak-anak yang sebelumnya sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Gimana kalau naik motor aja?" Sahutku, saat melihat ekspresi anak-anak yang lain, tampaknya mereka setuju dengan ideku. Toh mereka ke sini juga naik motor.

"Jadi, kamu pulang dulu buat ambil motor?" Tanya Nami sedikit keberatan, "Kenapa? Ada masalah?" Tanyaku.

"Pakai motor Doyoung-oppa aja ya, Na." Motor Oppa? Apakah Doyoung-hyung punya motor?

"Appa 3 bulan yang lalu beliin motor kak Doyoung, tapi dia tidak berani memakai motor. Katanya sih terbayang temannya yang kecelakaan gara-gara motor."

MWO? Adakah kejadian semacam ini di masa lalu?

"Nggak apa, kan?" Nami memastikan permintaannya agar ku-iya-kan.

🐰🐰🐰

Setelah melakukan perbincangan yang lumayan panjang mengenai motor ini, kami pun akhirnya berangkat agak siangan.

Heran juga sih, katanya motor ini jarang di pakai, tapi kok kondisinya bisa terbilang bagus dan seperti terawat. Padahal tuan Kim saja menyimpannya di gudang.

Oh iya, jadi... untuk perjalanan menuju tempat wisata itu, Renjun boncengin Jihyun, Nana boncengin Nami, dan Haechan... hehe, dia naik motor sendirian.

"Na, nggak nyangka ya! Ternyata kamu lihai juga bawa motor," Nami berteriak tepat di sebelah telingaku karena menyadari jika suaranya akan kalah dengan suara angin. Ingin rasanya aku terbahak karena ucapan si Nami. Tapi, apakah mungkin karena wajahku ini wajah anak rumahan yang tak bisa bawa kendaraan apapun selain naik kendaraan umum?

"Dulu pas di Busan, aku kalo Sekolah bawa motor, Nam. Soalnya jarak Rumahku ke Sekolah lumayan jauh." Teriakku sekencang mungkin agar suaraku tersampaikan.

Perjalanan kali ini memakan waktu cukup panjang. Meskipun demikian, aku merasa jika waktu yang berjalan saat ini berjalan begitu cepat hingga tanpa kusadari kami sudah berada di tempat tujuan. 

Kami ber-lima kompak melepas helm dan meletakkannya di spion motor masing-masing. Haechan yang merasa aneh dengan perutnya pun mendahului kami untuk pergi ke Toilet dan meminta kami untuk menunggunya di depan loket.

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang