Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
==/==
Setiap ingatan yang kumiliki saat mencintaimu, akan menjadi sebuah kisah yang tak akan pernah berakhirdan akan terus bersinar.
==/==
Nana POV
Senin, 4 November 2019 adalah hari pertamaku dan juga hyung-ku merasakan menjadi murid baru di SMA Sooman. Mataku menatap bahagia taman komplek yang terletak di depan rumah Nenekku karena di area taman itu sudah banyak sekali terjadi momen manis antara aku dan Nami.
"Muka lo kenapa, wahai kembaran? Dari tadi senyum-senyum sendiri." Jaemin-hyung menginterupsiku dengan tampang datarnya. "Anni, ayo hyung! sudah hampir jam 8." Ajakku sambil meraih pergelangan tangannya meninggalkan pintu gerbang.
Saat ini, aku seperti mengulang kembali masa-masa saat membuntuti Kim Nami menuju Sekolah saat hari pertama menjadi suami hantunya. Jujur saja, sebenarnya aku juga sedang mencari keberadaannya. Barangkali, kami berpapasan secara tidak sengaja dan bisa berangkat menuju Sekolah bersamaan.
"Lo ngapain dari tadi nendangin batu? Banyak tingkah deh!"
Aku terkekeh, rupanya hyung-ku tidak menyukai kegiatanku ini. Dengan perasaan sedikit malu, aku pun menormalkan cara jalanku seperti hyung-ku.
Gedung SMA Sooman yang begitu megah dan sangat kurindukan akhirnya sudah di depan mata. Dapat kurasakan suhu kulit hyung-ku yang tiba-tiba menurun temperaturnya hingga membuatku meringis gemas. Tampaknya, hyung-ku gugup menjalani perannya sebagai murid setelah 4 tahun hiatus dari dunia pendidikan. Kueratkan genggamanku kepada hyung-ku ini hingga sorot matanya mengarah kepadaku yang sedang memperhatikannya. "Gwaenchana, hyung!" Hiburku.
Jaemin-hyung lantas tersenyum, lalu melepas genggaman tanganku dan berjalan mendahuluiku.
Saat ini tubuh kami sudah berada di ruang guru untuk melengkapi persyaratan yang belum sempat di selesaikan oleh Pak Cho. Kalian bisa tebak? bagaimana perasaanku saat ini? Benar! aku sangat bahagia sekali, apalagi saat bertemu para guru yang tak lagi asing di mataku. Aku bahkan masih ingat dan hafal nama-nama para pengajar di kelas Kim Nami.
"Jaemin, yang mana namanya Jaemin?" Oh ssaem menoleh kepada kami secara bergantian untuk menemukan si pemilik nama. Setelah Jaemin-hyung mengangkat tangannya, guru itu meringis malu. "Haha, bagaimana bisa kalian memiliki nama yang sama persis? Huh? Kita yang melihat wajah kalian berdua saja sudah bingung! Ini malah namanya juga sama persis!" Seorang guru pria yang merupakan wali kelas Kim Nami menginterupsi, dia adalah Jungsoo ssaem.
