[12.1] After Lost

331 53 76
                                    

Nana termenung di atas kursi taman yang terletak di belakang gedung Sekolah. Tempat itu memang sangat cocok untuk mereka yang ingin menghabiskan waktu sendiri.Dan tanpa Nami sadari waktu itu, Nana sering sekali bersembunyi di tempat ini setiap kali dia merasa cemburu melihat kemesraan Nami dengan Jeno.

Netranya memandangi sekujur tubuhnya yang terlihat seperti bayangan, hingga akhirnya sebuah cincin yang selama ini selalu ia simpan di dalam saku celananya pun menginterupsi ingatannya. Tangan Nana kini meraih cincin itu, sambil menatapnya lamat-lamat.

"Konsekuensi sudah bekerja, apakah akan ada hal lain lagi yang akan menimpaku?" Matanya menatap Nanar cincin Kim Nami.

"tak apa, asalkan konsekuensi ini tak menimpa Kim Nami, aku rela!" Dia menghentakkan kakinya saat tubuhnya sudah berdiri dengan tegak. "tunggu!"

"apakah aku bisa berteleportasi?" Nana mendadak ingat dengan kemampuan yang pernah dimilikinya waktu menjadi hantu. Ia pun memejamkan kedua kelopak matanya, kemudian menahan napasnya selama beberapa detik dengan memikirkan tempat yang akan menjadi tujuannya.

Hmpppft

Nana gagal, kemampuan berteleportasinya tidak berguna saat ia sudah menjadi manusia seperti saat ini. "Aigo!" Decaknya sebal. Ingin sekali ia menghubungi Xiaojun dan menanyakan tentang konsekuensi ini. Tapi, ponselnya tidak ia bawa. "ah! Madam Sunshine!" Jari telunjuknya ia angkat, ada rasa lega saat mengingat sosok cenayang yang selama ini membantu Kim Nami saat menjadi istri spiritualnya.

"tapi... apakah dia mau menemuiku?" Bibirnya mengulum bersamaan dengan rasa putus asa yang hinggap pada dirinya. "coba saja dulu! Semangat!" Ia berjalan meninggalkan lokasi Sekolah melalui pintu ghoib atau yang lebih dikenal dengan pintu rahasia karena hanya beberapa gelintir saja siswa yang tahu, termasuk Haechan. Kebetulan, setiap siswa yang mengetahui pintu itu, tidak akan dengan mudah memberitahukan kepada siswa lain termasuk teman dekatnya sendiri.

Langkah kakinya sudah membawanya menuju kediaman Madam Sunshine yang letaknya tak jauh dari SMA Sooman. Plang bertuliskan 'Madam Sunshine' juga sudah berada tepat di hadapannya. Ada rasa ketakutan yang hinggap pada diri Nana saat menatap pintu gerbang yang terbuat dari kayu. Nana teringat dengan kejadian saat dirinya mencoba menghampiri Kim Nami yang sedang melakukan ritual untuk menemukan kepingan masa lalu Nana.

Saat itu, tenaga Nana melemah drastis ketika tubuhnya mencoba menerobos pintu gerbang itu. Tubuhnya bahkan terasa terbakar hebat, hingga meninggalkan rasa trauma yang mendalam. "bodo amat-lah, Nana kan sudah jadi manusia." Dia menerobos masuk pintu itu, anehnya dia bisa menembus tiap benda yang ia lewati.

KYA!

Suara pekikan sang cenayang mengejutkannya saat baru saja berhasil menerobos masuk gerbang. Nana dibuat takut karenanya, mata si cenayang melotot dengan kedua tangannya yang ia silangkan seperti memergoki seorang maling yang tertangkap basah mencuri.

"Ma... madam," kekeh Nana.

"Jangan panggil aku madam!" Nana berjingkat.

"panggil aku Seulgi noona, karena itu nama asliku." Tambah si cenayang.

Seulgi? namanya Seulgi? Pft, keren sekali. Tapi cocok sih, dengan wajah cantiknya.

Nana berdehem sebelum menjawab perintah si cenayang, "Ne, Seulgi noona." Cenayang itu tersenyum puas saat nama aslinya terucap dari bibir Nana. "Ah... sudah lama sekali tidak ada yang memanggil namaku." Ucapnya sambil meregangkan tubuhnya yang berkulit pucat.

"ehm! ngomong-ngomong, ada perlu apa kemari?"

"pasti mau minta bantuan gara-gara tubuh manusiamu yang mendadak kehilangan wujudnya, kan?" Interupsinya saat Nana akan bersuara, Nana pun tersenyum saat ucapannya sudah tertebak. Bukan cenayang namanya kalau tidak bisa menebak pikiran orang lain, melihat masa depan orang lain saja bisa.

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang