[27] Second Secret's

97 25 5
                                    

Malam semakin larut. Tiap umat manusia telah melepaskan lelah ditubuhnya karena aktivitasnya seharian. Kecuali Nana. Lelaki itu sedari tadi hanya bisa memutar tubuhnya ke Kanan dan Kiri untuk mencari posisi ternyamannya agar bisa mengistirahatkan diri seperti saudaranya, Na Jaemin.

Merasa putus asa, lelaki itu pun mendudukkan tubuhnya. Matanya menatap tirai yang kini menutupi jendela kamarnya. Entah kenapa, saat menatap tirai jendela tersebut ia mendadak teringat sosok cenayang yang selama ini telah membantunya.

Hingga pada akhirnya, Nana pun memutuskan untuk beranjak dari kasurnya dan memilih untuk mengobati rasa penasarannya akan keadaan si cenayang cantik namun memiliki masa lalu yang cukup tragis itu.

Nana berjalan dibawah langit gelap menuju kediaman Seulgi. Beruntung jarak rumahnya dengan rumah si Seulgi juga cukup dekat. "Tidak terkunci?" Gumam Nana saat tangannya menyentuh knop pintu pagar rumah si cenayang. 

Tanpa basa-basi, ia pun masuk ke dalam rumah Seulgi yang gelap gulita. Lampu di rumah itu sengaja dipadamkan oleh sang pemilik. Nana dengan senter ponselnya pun mencari saklar lampu agar bisa ia nyalakan dan memudahkannya untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi petunjuk.

Matanya mengawasi tiap benda yang ada dihadapannya saat ini. Tangannya aktif mengacak-acak tiap benda yang ada pada kediaman tak bertuan itu.

"Nuna, sebenarnya kamu ada dimana sih!" Decaknya karena mulai kelelahan.

Tangannya pun tak sengaja menyenggol sebuah kotak perhiasan hingga benda yang ada di dalamnya jatuh berserakan. Tapi, ada hal yang mencuri perhatiannya. Ia melihat sebuah kertas di bawah kotak perhiasan yang jatuh tadi. Kertas itu tampaknya sengaja ia simpan di sana untuk ditujukan kepada Nana. Lelaki yang selama ini mencari eksistensinya seperti orang bingung.

Perlahan tapi pasti, Nana pun membuka dan membaca surat itu. Matanya begitu nyata menatap tiap kalimat yang terukir di atas kertas berwarna putih kecokelatan itu.

Nana, terima kasih karena telah menghentikan keputusan bodohku untuk mengakhiri nyawa gadis sialan itu.

Andai tidak ada kau dan Nami, mungkin aku akan berada di Neraka. 
Penantian dan hukuman yang ku jalani selama ini akan berakhir sia-sia hanya karena nyawa kotornya.
Nana, kau masih ingat pertanyaanmu mengenai alasan kenapa aku membohongi Nami jika dia melepas cincin pernikahannya denganmu kau akan menjadi roh jahat?

Sebenarnya, alasannya adalah...

Karena...

Karena aku tidak mau kalian berdua berpisah.
Kau tahu? Saat aku pertama kali melihat bayanganmu dari cincin itu, aku bisa mendapatkan petunjuk jika kalian memanglah ditakdirkan untuk bersama.
Maka dari itu, aku tidak rela jika pernikahan kalian berhenti begitu saja.
Langit mentakdirkan kalian untuk bersama,
bahkan saat kau matipun langit masih menyatukan kalian berdua dalam pernikahan spiritual.
Nana-ya, tolong jaga gadis itu baik-baik.
Jangan sakiti dia. Awas saja kalau kau sampai membuatnya menangis. Aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri.

Ah, aku hampir lupa.

Kau mungkin juga tidak akan melupakan momen ini, hehe.

Momen saat aku bersikap dingin kepadamu hingga menanamkan mantra di sekitar rumahku agar kau tidak bisa masuk ke dalam kediamanku saat kau masih menjadi arwah tersesat.

Aku... punya alasan tersendiri.

Yang jelas, alasanku cukup baik untuk hubungan kalian.
Aku ingin gadis itu semakin tertarik dengan masa lalumu. 
Jika saja aku tidak mempengaruhi dia untuk melihat masa lalumu, mungkin dia akan tetap tersesat kepada hati yang tidak diciptakan untuknya.
Jeno, akan ada kejutan untuknya. Yang jelas Jeno diciptakan juga bukan untuk Jojo si PELAKOR di masa laluku HAHAHA.
Ah, sudahlah! Aku lelah menulis surat untukmu.
Aku pamit lewat surat ini, maaf tidak bisa pamit secara langsung. 

Aku adalah arwah yang sangat sibuk.
Semoga perjalananku menuju langit lancar ya, doakan.
Doakan juga aku bisa ber-reinkarnasi menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Manusia yang sabar, berpikiran terbuka, dan murah senyum tentunya.
Kalau bisa sih Tuhan juga menghidupkanku kembali bersama Kun.

Udah dulu ya, Anyeong... jaga diri ya... Nana-ya...

Sepucuk surat itu membuat Nana membacanya tanpa mampu bernapas. Seulgi Noona benar-benar orang yang to the point. Nana bahkan langsung bisa menangkap isi surat yang masih ia genggam itu. 

Surat ini memberitahu Nana bahwa ia telah memutuskan untuk kembali ketempat seharusnya dia berada. Sejujurnya, Nana kesepian saat Seulgi tidak lagi berada di daratan yang sama dengannya. Dia adalah sosok wanita yang selalu menemani Nana. Walaupun dia terlihat dingin, sebenarnya dia adalah wanita yang hangat dan penuh perhatian.

🐰🐰🐰

Nana telah berada di stasiun untuk menuju Busan. Sepulang Sekolah kemarin, Haechan memberitahunya bahwa anak-anak yang lain merasa penasaran dengan cerita Nana yang terkesan mengarang itu.

Tak lupa, Haechan juga mengajak Jeno untuk meramaikan perjalanan mereka. Nana yang tak ingin berlama-lama menjalani hubungan canggung dengan Jeno pun menyetujui rencana Haechan.

"Nana!" Suara Renjun menggema di dalam ruangan itu. Dibelakangnya ada Mark, Haechan dan Jeno yang menyimpan tas ransel besar di punggungnya. Wajah Haechan terlihat masih mengantuk karena dia tidak terbiasa bangun sepagi ini. Saat ini, jam masih menunjukkan pukul 6 pagi. Nana sengaja mengajak mereka menaiki kereta pertama agar mereka bisa memanfaatkan perjalanan ini dengan sebaik mungkin.

"Kok gue jadi deg-degan ya?" Renjun sembari mengelus dadanya.

"Yang mau nunjukin kuburannya siapa, yang deg-degan siapa!" Ledek Haechan.

Nana hanya bisa tersenyum simpul sambil menatap Jeno yang sejak kedatangannya terus menerus menatap Nana dengan ekspresi tidak percayanya. 

"Ayo! Sebentar lagi keretanya datang!" Nana pun menggiring mereka berempat ke peron kereta.

Tbc

Sunday, 20-06-21

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang