[12.2] After Lost

348 56 91
                                    

Seisi rumah keluarga Lim tampak heboh saat mendengar kabar hilangnya Nana dari Jeno yang  menyempatkan diri mampir ke kediaman Lim bersama Haechan, Renjun dan Nami saat pulang sekolah.

Jaemin bahkan sempat mencari keberadaan adiknya di setiap sisi sekolah yang mungkin bisa ia temukan keberadaan adiknya, tapi dia gagal. Kondisi tubuhnya tak mendukung untuk melakukan kegiatan itu.

"Aigo, Nana-ya... cucuku yang malang...," wanita tua itu merintih sembari menepuk dadanya yang terasa nyeri. Pak Cho juga bergerak cepat, ia segera memerintahkan anak buahnya untuk mencari keberadaan Tuan Mudanya.

"Maafkan Jaemin ya, Nek." Jaemin menekuk lututnya dan duduk tepat di depan sang Nenek yang saat itu duduk di atas kursi roda, si Nenek menggeleng lemah. "Tidak, kamu tidak salah. Ini semua karena Nenek yang tidak pecus mengawasi cucu-cucu Nenek." Ucapnya sembari mengusap kepala Jaemin.

Tak berselang lama, Nana pun menunjukkan keberadaannya. Saat ini ia sedang melangkah menuju ruang keluarga tempat Nenek beserta teman-temannya berkumpul. Untung saja wujud tubuhnya segera kembali normal sebelum matahari tenggelam, ia tidak ingin membuat keluarga dan juga teman-temannya khawatir.

"NANA!" Seru Nami, gadis itu tak sengaja menangkap keberadaan Nana saat matanya melirik ke area ruang tamu. Nana tersenyum saat itu, mengundang beberapa pasang mata memasang wajah menginterogasi.

"Nana!" Seru Jaemin dan Jeno bersamaan, Nana lantas terkekeh malu. "Kau dari mana saja, huh?" Ucap sang Nenek saat Nana berjalan menghampirinya, Nana pun mengusap punggung tangan sang Nenek yang kulitnya mengeriput.

"Maaf ya, Nek. Nana tadi kabur dari sekolah. Ada teman Nana dari Busan yang sangat Nana rindukan." Bohongnya, sosok yang Nana maksud adalah Xiaojun. Jeno mendesah, "Ya ampun Na! Kamu gimana kaburnya? Lompat? atau jari-jari tanganmu berubah seperti Spiderman?" Renjun.

"Rahasia, kalau aku mengatakannya kepada kalian, bisa fatal! Hehehe," mereka semua menggelengkan kepalanya kompak.

🐰🐰🐰

Di dalam sebuah tempat yang lebih dikenal dengan rumah cenayang, wanita bernama Seulgi tampak memegangi sebuah tirai dari jendela kamarnya. Tatapannya tampak kosong, tapi sorotnya berpusat pada sebuah gundukan batu yang merupakan tempat ia menyimpan jasad seseorang di masa lalu. 

Tak jarang, matanya juga mengalirkan kristalan dari dalam matanya yang mampu mengingatkan goresan luka pada hati dan otaknya. "Apakah kau sudah ber-reinkarnasi?" Tatapan matanya semakin tajam. Semua bermula gara-gara ucapan Nana yang berhasil mengingatkannya pada kenangan kelam di masa lalunya. Padahal, hati kecil si Seulgi sempat meredam kesakitannya karena sosok yang tersimpan dibalik gundukan batu itu merupakan  sosok yang sempat singgah di hatinya, namun berakhir dengam tragis.

🐰🐰🐰

Nana sedang berlari mengitari lapangan untuk melaksanakan hukuman karena pengakuannya yang mengatakan jika hilangnya dia di sekolah kemarin adalah karena kabur. Kulitnya yang sedikit kecokelatan mulai terbasahi oleh buliran keringat yang nyaris membeku karena musim dingin ini.

"NANA! SEMANGAT!" 

Suara itu berhasil membuat si Nana mengalihkan pandangannya menuju sumber suara yang terdengar bercampur antara suara anak laki-laki dan perempuan. Nana pun tersenyum, pipinya tampak mengembang diikuti matanya yang menyipit. "GOMAWO!" Balasnya sambil merapatkan kedua telapak tangannya diantara sisi bibirnya. Jeno dan Nami adalah sosok si pemberi semangat itu, mereka kemudian melambaikan tangannya kepada Nana.

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang