Nana POV
Saat ini, aku masih berada di dalam kediaman keluarga Kim dan hanya berdua bersama Nami. Iya, gadis yang dulu sempat menjadi istri spiritualku dan berhasil membuatku gagal move on karenanya.
Sorot mataku tiada henti-hentinya menatap lamat-lamat gadis yang sekarang ini duduk tepat di sebelahku dengan kepala yang ia sandarkan di sandaran sofa ruang keluarga sambil memainkan ponselnya.
Sialnya, jantungku tiada henti-hentinya berdegup kencang hingga membuatku khawatir jika gadis bernetra kecokelatan itu indera pendengarannya menjangkau dentuman jantungku yang tak mampu lagi ku kontrol.
"Mau minum apa, Na?" Ia merubah posisinya sambil menatapku. Aku yang sebelumnya memandanginya secara diam-diam nyaris saja salah tingkah karena takut ketahuan. Aku pun berdehem sejenak untuk menutupi kegugupanku, sambil menata punggungku yang sebelumnya juga berposisi sama seperti Nami.
"Nggak usah, Nam. Minuman yang aku bawa ke Sekolah tadi masih ada kok. Mending kamu nyalain TV kamu. Kita nonton drama yang pernah kamu bahas sama Jaemin-hyung waktu itu," pintaku sambil mengarahkan kepala ke arah remot TV yang ada di meja. Aku masih ingat betul jadwal penayangan drama yang dulu pernah kami tonton berdua di dalam kamar saat salju di luaran sana sedang semangat-semangatnya menghujani daratan Ibu Kota.
Dapat kulihat kornea matanya yang saat ini membola secara mendadak diikuti bibirnya yang terbuka lebar, "Ah! Benar! Hari ini jadwal tayangnya! Nyaris lupa!" Hebohnya sambil meraih remot TV yang ada di seberangku. Melihat tingkahnya yang menggemaskan ini, aku bahkan nyaris mencubit kedua pipi bakpaunya yang tembam itu. Senyumku bahkan terus saja melebar di luar intruksiku.
Buat Kim Nami jatuh cinta padamu, setelah dia jatuh hati padamu, pasangkan kembali cincin pernikahan kalian ke jari manisnya. Maka hukumanmu akan hilang.
Kalimat si cenayang lagi-lagi menginterupsi kepalaku hingga membuat diri ini bimbang. Rasa cemas yang luar biasa pun menyerangku karena harus menerima fakta pahit jika status dari gadis ini adalah pacar sahabatku sendiri. Dengan tatapan lemah, mata ini tiada henti-hentinya meratapi cincin yang tersimpan di saku celanaku. Cincin ini adalah benda wajib yang harus kubawa kemanapun aku pergi.
"Kamu kenapa sih, Na? Ada masalah? Dari tadi bengong terus!" Interupsinya sambil menoyor kepalaku. Terhitung sudah dua kali untuk hari ini dia menoyor kepalaku. Dengan wajah cengengesan, ku tatap wajahnya yang terlihat serius itu lalu mendekatkan posisiku dengan posisinya.
"Aku lagi bingung, Nam." Lirihku, mendengar kata 'bingung', Nami pun menata posisinya menghadap kearahku. Bayangkan saja, jarak kami saat ini sangatlah dekat hingga mengharuskanku untuk mengontrol akal sehatku agar tidak melakukan hal yang tak seharusnya kulakukan.
"Apa woy!" Sadarnya.
"Kamu percaya nggak? Kalau ada orang yang bisa bangkit dari kematian?"
Sebuah perubahan ekspresi yang cukup singkat pun terpancar dari wajah cantiknya. Oke, aku tahu. Dia tidak mungkin mempercayainya. Pertanyaanku memang sangatlah mustahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
TURN BACK TIME ✔️
Non-Fiction🚫ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴍᴇʀᴜᴘᴀᴋᴀɴ ʟᴀɴᴊᴜᴛᴀɴ ᴅᴀʀɪ ᴄᴇʀɪᴛᴀ "ɴᴀɴᴀ". ᴊᴀᴅɪ, ᴅɪsᴀʀᴀɴᴋᴀɴ sᴇʙᴇʟᴜᴍ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ ʙᴀɢɪᴀɴ ɪɴɪ ᴀɢᴀʀ ᴍᴇᴍʙᴀᴄᴀ "ɴᴀɴᴀ" ᴛᴇʀʟᴇʙɪʜ ᴅᴀʜᴜʟᴜ🚫 ➖ 𝒩𝒶𝓂𝒾-𝓎𝒶, 𝓉𝓊𝓃𝑔𝑔𝓊 𝒶𝓀𝓊. 𝒜𝓀𝓊 𝒶𝓀𝒶𝓃 𝓂𝑒𝓇𝓊𝒷𝒶𝒽 𝓈𝑒𝓂𝓊𝒶 𝒿𝒶𝓁𝒶𝓃 𝒸𝑒𝓇𝒾𝓉𝒶 𝓎𝒶𝓃𝑔 𝓅...