[3] The Day

456 106 175
                                    

Hay Hallo...
Selamat datang di lapaknya aku...
Sebelum membaca cerita ini, kuy tekan tombol bintang dulu.
Gratis kok, Hehehe

Happy Reading ya...

Thanks udah mampir 

🌱🌱🌱

🌱🌱🌱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌱🌱🌱

Hay, ini aku, Nana. Kalian masih mengingatku kan? Hehe, padahal aku berharap jika kisahku saat menjadi suami hantu bisa membekas diingatan kalian.

Itu loh... si hantu tengil yang jatuh dalam pesona Kim Nami dalam hitungan beberapa detik saja. Murahan banget kan? Eits, aku murahannya cuma sama Nami aja kok. Iya, seorang gadis berparas cantik dengan pipi tembamnya tapi galak yang ternyata adalah pacar sahabatku sendiri, Lee Jeno.

Hari ini adalah harinya, 13 Oktober 2019 yang merupakan hari kematianku di waktu itu. Musim gugur. Kisah dari gugurnya seorang Na Jaemin yang lebih dikenal dengan sebutan Nana.

Mengenai namaku dan saudaraku. Sebenarnya, aku juga bingung kenapa orang tua kami memberikan nama yang sama persis dan hanya nama panggilan yang menjadi pembeda.

Jika aku menjadi orang lain, sudah ku tegur orang tuaku dan ku sumbang ide nama yang bagus agar tidak membuat orang lain kebingungan. Haha, bercanda.

Hari ini, aku sedang membuat janji dengan Han Chaerin. Dia adalah pacarku. Dulu aku pernah membunuhnya secara tidak sengaja karena kematianku. Aku juga tidak menyangka jika gadis ini mencintaiku sedalam itu.

Jika aku harus berkata jujur, aku... tidak lagi memiliki perasaan yang sama seperti dulu lagi. Aku tahu aku salah, tapi perasaan seseorang tidak bisa dipaksakan. Rasanya aku sudah menjelma menjadi manusia termunafik di muka bumi ini.

Aku sedang menunggu kedatangannya sambil bermain basket di lapangan sekolahku. Kulirik jam tanganku sekilas yang menampakkan pukul 4 sore. Tak berselang lama, suara tepukan tangan yang terdengar berulang-ulang berhasil mengalihkan atensiku pada bola basket yang sedari tadi kumainkan.

Itu dia, gadis yang sejak tadi kutunggu akhirnya datang juga. Bola yang baru saja keluar dari ring itu pun kubiarkan menggelinding begitu saja agar posisiku bisa segera menyamakan keberadaan si Chaerin yang berdiri di dekat pintu lapangan basket ini.

"Chaerin-a...,"

Gadis itu tersenyum sambil memelukku di detik berikutnya. Aku terkejut saat mendapatkan perlakuan seperti itu. Sejenak, aku mulai teringat kebiasaan Jeno yang sama persis seperti gadis ini. Apa mereka berdua saudara yang terpisah?

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang