[10] Beautiful Day

368 61 142
                                    

Lonceng istirahat baru saja berdenting. Jeno dan si ketua kelas alias Renjun sekarang sedang berjalan ke arah bangkuku. Oh tidak, lebih tepatnya di bangku Kim Nami yang ada di depan bangkuku.

"Nam, kenalin. Dia Nana, sahabatku saat SMP." Lee Jeno berucap setelah dia menyandarkan tubuhnya di seberang bangku Kim Nami. Gadis itu lantas berbalik ke arahku dengan rekahan senyumnya yang kuakui hampir membuatku tersedak oleh salivaku sendiri. "Hay, kenalin! Aku Kim Nami." Tangannya ia julurkan kepadaku.

Bayangkan saja, gadis yang selama ini amat sangat kurindukan, saat ini sudah berada tepat dihadapanku dengan senyum manisnya yang ia tujukan kepadaku. Apalagi, ia mengulurkan tangannya untuk berjabatan tangan denganku. "Aku Nana, senang berkenalan denganmu." Suara beratku berkumandang dan dijawab senyuman oleh Nami.

"Ngomong-ngomong... Nama kalian ada miripnya ya, Nami dan Nana. Sama-sama berawalan 'Na', hehe." Jihyun tiba-tiba menggoda kami berdua dengan disusul oleh tawa besar Nami yang meledak tanpa kuduga.

"Ah, benar! Aku baru menyadarinya!" Jeno berjalan menghampiri aku dan Nami. Dapat kulihat tangannya yang saat ini sedang mengacak-acak rambut gadisnya dengan wajah tak berdosanya. Benar-benar adegan yang tak akan pernah bisa lepas dari seorang Lee Jeno kepada Kim Nami.

"Ah sudah sudah sudah! Kalau begini terus, lama-lama bel istirahat berakhir bisa-bisa berbunyi. Kalian yang sudah lapar, mari ikut aku! Yang masih pengen lihat pasangan ini mesra-mesraan, silahkan tinggal." Renjun menginterupsi dari bangku yang ada di seberangku. Tapi benar juga, perut kecilku ini sudah berbunyi sejak dari tadi. Tapi gara-gara lihat Kim Nami, aku jadi mendadak lupa kalau lapar.

"Iya nih, ke kantin yuk. Aku juga lapar." Aku bangkit dari tempat dudukku menyusul Renjun yang sudah berada di ambang pintu. Mataku juga melihat anak-anak yang lain sudah berjalan menyusul kami berdua.

🐰🐰🐰

Aroma khas masakan Ibu Kantin sudah menusuk hidungku. Apalagi, saat ini aku dan anak-anak yang lain sedang mengantri untuk mengambil jatah makan siang.

"Nana-ya," seseorang yang mengantri di depanku mendadak berbalik dengan tempat makannya yang ia peluk di depan dadanya. "Eum, Nami-ya." Balasku.

"Apakah kau suka susu stroberi?" Mataku membola dengan sempurna saat mendengar jenis minuman itu. Sontak aku pun menggeleng cepat, "Nana sangat benci susu stroberi," Jeno yang berbaris di depan Kim Nami menyahut sambil menatapku. "Jinjja? Assa... Bolehkah aku mengambil jatahmu?" Nami menunjuk kearah tumpukan susu yang terletak di ujung antrian. Aku terkekeh, hampir saja tanganku mencubit hidungnya yang tak terlalu mancung dibandingkan hidungku. "Arasseo... Kau boleh memilikinya." Jawabku.

"Kya! Aku juga mau!" Yuqi menyahuti dari belakangku dan dibalas oleh juluran lidah Kim Nami. Membuatku semakin gemas dan ingin sekali mencubit pipinya yang tembam itu. "Kau mintalah kepada Lucas! Muka-muka seperti dia tuh nggak cocok minum susu stroberi!" Tambah Nami setelah meledek. Yuqi memasang tampang cemberutnya, apalagi saat ini Lucas sedang tidak menunjukkan batang hidungnya.

Kami pun duduk di meja paling ujung dekat jendela setelah menyelesaikan antrian panjang untuk mengambil bahan pertahanan untuk hidup. Tiba-tiba, Nami meletakkan paha ayam yang diambilnya ke atas tempat makanku. "Makanlah yang banyak," "tubuhmu kurus sekali!" tambahnya sambil mengusap kepalaku.

Tunggu! Dia mengusap kepalaku? Mimpikah ini? Segera kucubit pahaku untuk memastikan, tapi rasanya sakit. "Hey! Nami! Inget Jeno!" Teriak Jihyun sambil menjitak kepalanya. "Wae? Aku biasa aja nih!" Jeno menyahut. Iya sih, kamu biasa aja. Tapi aku?

"Ah, sudah-sudah! Kuy makan!" Yuqi menginterupsi.

🐰🐰🐰

Sore menjelang. Aku, hyung dan juga Nami pulang bersamaan. Nami ternyata adalah tipikal gadis yang sangat mudah menerima orang baru. Ia bahkan sudah berani bercanda denganku dan juga hyung-ku. Mengenai Jeno, dia tadi menitipkan Nami kepadaku karena dia ada urusan mendadak.

TURN BACK TIME ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang