#7 Benarkah Cinta (1/2)

97 58 15
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّ حْمٰنِ الرَّ حِيْمِ

"Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati, atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana."

-Habiburrahman El Shirazy-

••••

Ting! Tong!

"Semua mata pelajaran hari ini telah selesai, semua siswa di harapkan pulang ke rumah dengan hati-hati. Semoga ilmu hari ini bisa bermanfaat untuk semuanya."

"Oke ... anak-anak, sampai di sini dulu pelajaran hari ini. Bereskan semua peralatan kalian setelah itu baca do'a."

"Baik Bu~"

"Oke ayo semuanya! Kita bereskan semua kertas-kertas yang berserakan ini," ucap Nazril memunguti kertas-kertas sobek bekas kami.

Aku dan yang lain pun langsung bergerak merapikan bangku kami masing-masing, ketika itu Alya langsung menyusulku dan berbisik.

"Raihana, hari ini aku pulang duluan ya~ ada acara soalnya di rumahku."

"Oke baiklah, hati-hati di jalan ya," balasku tersenyum hangat padanya.

"Iya pasti, sampai ketemu besok ya~"

Alya segera berjalan menuju anggota kelompoknya dan membawa kursinya kembali ke dekat meja kami.

Lantunan do'a akhir belajar di bacakan dengan penuh penghayatan, di susul dengan lagu Himne guru yang menandakan semuanya boleh keluar kelas.

Semua murid langsung berhamburan keluar membawa tas mereka, aku mengok ke arah Alya yang sedang berlari menuju pintu keluar.

Aku terkekeh melihat alangkah menggemaskannya gaya berlarinya yang seperti anak kecil.

"Permisi-permisi!" ucapnya membalap gadis-gadis di kelas kami dengan girangnya.

Duk!

Siku Alya tanpa sengaja mendarat tepat di pipi Tina yang saat itu tengah membungkuk mengambil kertas yang jatuh dari dalam tasnya.

Alya dan Tina saling bertatapan, wajah Alya memucat ketakutan mengingat Tina adalah orang yang saat SD pernah membullynya; Tina terus menatap tajam Alya sambil memegangi pipinya yang memerah.

"Ra-Raihana~" rengek Alya menoleh ke arahku dengan mata yang berkaca-kaca.

Aku mengangguk lalu berjalan ke arah Alya dan menggenggam tangannya.

"Maaf Tina, Alya tidak se-"

"DIAM! BERANINYA KAU MENYENTUH WAJAHKU!" teriak Tina menghentakkan kakinya beberapa kali.

"KASIH PELAJARAN TIN!" balas Lilis antusias.

Alangkah terkejutnya aku ketika Lilis bukannya menenangkan temannya tapi malah memancingnya agar semakin marah pada Alya.

Jantungku berdebar kencang melihat wajah marah Tina. Baru begini saja aku sudah ketakutan, bagaimana dengan Alya yang 6 tahun di bully oleh Tina.

"A-aku minta maaf~ a-aku tidak sengaja." Alya mengusap kasar air matanya yang jatuh tak tertahan.

"Begini saja kamu menangis!? Bagaimana dengan aku yang wajahnya sakit ini Hah!?" bentak Tina mendorong Alya mundur.

"Maaf~ maafkan aku~" lirih Alya terus menangis dan berjalan mundur.

Bersemi Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang